iklan
Jumat, 23 Maret 2012
BUDAYA KEINTIMAN SESAMA LAKI-LAKI DI ARAB
BUDAYA KEINTIMAN SESAMA LAKI-LAKI DI ARAB
Foto: Goo
Saudi Arabia. ourvoice.or.id – Ketika King Abdullah mengunjungi Crawford ranch di tahun 2005, George W. Bush memberikan sambutan hangat dengan kecupan di kedua pipi, kemudian mereka mengelilingi ranch sambil bergenggaman tangan. Sejumlah media massa Amerika melontarkan komentar “negatif”. Ada pula yang menyinggung soal orientasi seksual mereka karena bahasa tubuh ini tidak lazim dilakukan oleh dua laki-laki dewasa heteroseksual. Namun, apakah benar gesture ini menandakan orientasi seksual tertentu?
Pertama kali datang ke Riyadh, saya menyaksikan sejumlah laki-laki bergandengan tangan mesra selepas malam di Olaya Street. Saat itu, dengan naïf saya menganggap mereka sebagai pasangan homoseksual dan terkesima dengan bebasnya mereka mengekspresikan hubungan mereka di depan publik. Apalagi sejumlah kolega sering bercerita tentang banyaknya gay di jalan-jalan Riyadh.
Setelah tinggal di ibu kota Saudi Arabia ini cukup lama saya mengetahui tata krama pergaulan yang berbeda dengan yang saya ketahui. Kecupan di kedua pipi dan bergenggaman tangan di kalangan masayarakat arab sebenarnya sebatas menunjukkan kedekatan antar laki-laki. Sahabat yang sudah lama tidak bertemu akan berpelukan dan saling mengecup pipi dan jika mereka dekat dengan seseorang mereka tidak ragu bergenggaman tangan sambil berjalan di tempat publik.
Seperti tertulis dalam artikel “Why Arab Men Hold hands,” di website New York Times, Samir Khalaf seorang professor sosiologi di American University of Beirut di Lebanon, mengungkapkan “bergenggaman tangan adalah ekspresi kasih sayang paling hangat antara laki-laki.” Ujarnya, “hal ini adalah petanda solidaritas dan kekerabatan.”
Lalu bagaimana seorang homoseksual arab mengungkapkan perasaannya pada orang yang dia suka? Ekspatriat Filipina dan Indonesia seringkali didekati lelaki arab ketika mereka berjalan di trotoar jalan. Mobil-mobil berhenti dan menawari ekspatriat-ekspatriat ini untuk ikut naik. Pengalaman serupa pernah saya alami sewaktu saya berjalan sendiri di dekat apartemen. Sebuah mobil mengikuti saya dan si pengemudi menawari saya untuk naik. Ketika saya menolak, mobil itu pergi, tapi tak lama kemudian memutar balik untuk menawari sekali lagi. Ketika saya berlalu tanpa mempedulikan si pengemudi yang bicara dalam bahasa arab, dia akhirnya pergi.
Memijat adalah cara lain yang sering mereka gunakan untuk mengajak seseorang datang ke kamar mereka. Seorang homoseksual asal Mesir bercerita bahwa dia pernah berhubungan seksual dengan seorang pria Indonesia dan memulai interaksi mereka dengan cara ini. “Indah sekali,” ujar pria mesir bertubuh besar itu sambil mengenang, “kulitnya sangat halus seperti perempuan.” Sekarang pasangannya bekerja di Jeddah dan mereka jarang bertemu lagi.
Seorang homoseksual Filipina yang pernah bekerja sebagai waiter bercerita pada saya bahwa kalau pria arab tertarik dengan anda, mereka akan mengungkapkannya secara terus terang dan menemukan mereka pun bukan hal yang sulit, “Saya memilih bekerja shift malam supaya bisa bertemu dengan mereka,” ujarnya. Seorang teman yang bekerja di hotel sebagai butler bercerita bahwa dia pernah ditawari berhubungan seks oleh tamunya yang masih punya hubungan dengan keluarga kerajaan. “Saya menolak,” katanya, “tapi dia bisa mengerti kalau saya tidak tertarik. Sekarang dia masih menjadi tamu saya yang baik. Kalau kamu tidak suka, bilang saja tidak suka. Dia pasti mengerti.”
Seperti dilaporkan dalam artikel “The Kingdom in the Closet,” yang ditulis oleh Nadya Labi, meskipun hubungan sesama jenis bisa dikenakan hubungan mati, pada nyatanya hubungan ini lebih mudah dilakukan di Saudi Arabia dibandingkan hubungan heteroseksual. Polisi syariah, atau yang lebih dikenal dengan Mutawa akan menginterogasi laki-laki dan perempuan yang berjalan bersama-sama. Sebaliknya pasangan homoseksual lebih leluasa pergi kemanapun, bahkan ke rumah pasangan mereka sepanjang hubungan mereka dirahasiakan. Selain itu, pasangan homoseksual yang keduanya atau salah satunya beretnis arab, bebas berjalan bergenggaman tangan dan saling mengecup pipi di tempat umum, tindakan ini tidak dipermasalahkan karena justru merupakan kultur mereka. (J Katz – Arab Saudi)
Sumber : Kompasiana.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar