iklan

Kamis, 22 Februari 2018

~DUA BASWEDAN YANG MENGGUNCANG INDONESIA~

~DUA BASWEDAN YANG MENGGUNCANG INDONESIA~

Tulisan greget
By Bang Azwar Siregar

Kondisi saat ini, warga Selokan memang berada dipersimpangan jalan.
Kondisi mereka menyedihkan, mungkin bahasa paling tepat adalah memilukan.

Setelah baru beberapa hari berhore-ria karena mendapat amunisi janji sorga dari para tukang survey. Sang Idola sampai saat ini "seng ada lawan", kecuali tetap si Jenderal Pecatan yang konon doyan melemparkan Iphone 7 kalau lagi marah ke orang.

Menurut si TUKANG SURVEY yang sebenarnya hasil prediksi Mereka tidak jauh berbeda dengan ramalan WANDA HAMIDAH, penuh tipu daya. Sang Idola tidak akan terkalahkan dan akan melenggang ke Periode Kedua.

Sayangnya terompet berhore-ria harus mendadak terhenti gara-gara nama BASWEDAN.

Bagi warga Selokan, nama BASWEDAN membuat pilu dan menjadi perusak suasana. Gara-gara nama Baswedan, Pujaan kedua kalah di PILKADA dan malah jadi TERPIDANA

Sekarang gara-gara nama yang sama, hampir seminggu nama 'Pujaan Pertama' menjadi target Bully-an.

Bully-an paling massif dalam sejarah perpolitikan negara ini, bukan hanya memecahkan rekor dalam negeri, tapi seharusnya memecahkan rekor dunia.

Para pembully bukan cuma warga Dahan dan Warga Awan, tapi justru 'Warga Selokan' sendiri BANYAK YANG MURTAD DAN MIGRASI KE DAHAN dan mulai pasang telinga kiri-kanan mendengarkan begitu banyak sisi kebaikan dari si Jenderal Pecatan.

Marah aja kita dapat lemparan Iphone 7, apalagi kalau lagi ramah?, kita dapat INDONESIA BERKAH...

Mereka akhirnya mendapat HIDAYAH DARI TRAGEDI PELANGGARAN ETIKA. Jangan main-main karena etika adalah pelajaran moral pertama untuk menjadi manusia.

Seharusnya monyet bisa lolos jadi manusia ras ke-lima andai monyet punya etika.
Jadi kalau ada yang mengaku manusia tapi menertawakan etika, mungkin saja dia gerombolan monyet yang menyamar atau malah tertukar.

Sekarang Baswedan satu lagi sudah pulang. Baswedan si Pemberantas Korupsi yang terbukti paling bernyali. Melihat mata Beliau sampai cacat tapi tidak terlihat sedikitpun penyesalan atas resiko yang beliau hadapi, Saya harus hormat dan angkat topi.

Sungguh beruntung dan begitu bangga marga BASWEDAN di Indonesia, sekaligus sungguh beruntung Bangsa Kita memiliki DUA BASWEDAN yang bikin edan para orang gila.

Selamat Datang kembali 'Bang Baswedan Anti Korupsi', tetaplah bernyali karena Kami akan berdiri bersama Anda.

Dan untuk Pak Baswedan yang di DKI, Kami akan mengawal untuk merealisasikan Janji-janji kampanye Anda. Teruslah mengukir Prestasi.

Belum setahun, Persija sudah kembali jadi Juara, luar biasa Gubernur Indonesia, eh Jakarta...

Terus, gimana kalau misalnya dikasih kesempatan mendampingi si Jenderal Pecatan ya?

Bisa-bisa Indonesia jadi Juara Dunia dan Negara Adikuasa ketiga, setelah Amerika dan Rusia.

Maju Negaranya, Bahagia Rakyatnya..
SALAM OK OKLAH...😁

#KomunitasKomunikasiCintaIndonesia
#Copas

Kutukan Keris Empu Gandring Anies dan Jokowi•

•Kutukan Keris Empu Gandring Anies dan Jokowi•
Oleh: Hersubeno Arief

Apa dan bagaimana sesungguhnya hubungan Jokowi dengan Ahok? Soal ini banyak menjadi spekulasi.
Konsultan politik Eep Saefulloh Fattah punya penjelasan yang lugas. “Jokowi adalah tim sukses utama Ahok dan Istana kepresidenan adalah Posko Pemenangannya".

Tudingan Eep sangat masuk akal bila melihat apa yang terjadi sepanjang proses Pilkada DKI 2017 lalu. Campur tangan kekuasaan dalam kasus hukum, sampai dalam proses kampanye sangat terasa. Kalau memang benar Jokowi adalah tim sukses utama, bagaimana Jokowi memandang dan memaknai kemenangan pasangan Anies-Sandi.

Kisah perjalanan naiknya Anies Baswedan ke kursi Gubernur DKI bila kita perhatikan, sesungguhnya sangat mirip dengan kisah perjalanan politik Jokowi. Campur tangan dan keputusan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menjadi benang merah bagi keduanya. Kita boleh menyebut fenomena ini sebagai Prabowo factor.

Pencalonan Jokowi sebagai Gubernur DKI bisa dikatakan sepenuhnya karena adanya Prabowo factor. Pada Pilkada DKI 2012 PDIP sebenarnya tidak berniat mencalonkan Jokowi. Popularitas Jokowi sebagai Walikota Surakarta yang sangat berhasil, tidak membuat Ketua Umum Megawati tergiur untuk mencalonkannya.

Maklumlah, saat itu yang dihadapi adalah Fauzi Bowo, Gubernur incumbent yang juga sangat populer dengan tingkat elektabilitas tinggi. Posisinya mirip-mirip dengan Ahok menjelang Pilkada 2017. Lembaga-lembaga survei juga menyebut elektabilitasnya  belum ada yang mengalahkan.

PDIP ketika itu juga tertarik untuk mendukung Foke panggilan Fauzi. Sinyal kuat tersebut datangnya dari Taufik Kiemas, suami Megawati. Fungsionaris PDIP Adang Ruchiatna yang bakal diajukan sebagi cawagub. Latar belakang Adang yang pensiunan Jenderal bintang dua dari TNI AD sangat pas dengan kebutuhan Foke yang mencari figur militer sebagai pendampingnya. Namun peta pertarungan dan posisi kemudian berubah karena Prabowo.

Prabowo bergerilya dan bolak-balik menemui Megawati untuk meyakinkan bahwa Jokowi sangat layak dipasang sebagai Cagub DKI. Prabowo bahkan menyanggupi ketika Megawati menyatakan tidak mempunyai biaya untuk mendukung Jokowi.

Hubungan Prabowo dengan Megawati saat itu cukup erat. Mereka sempat berpasangan dalam Pilpres 2009 berhadapan dengan SBY-Budiono dan Jusuf Kalla-Wiranto. Pasangan Mega-Prabowo kalah, namun hubungan personal keduanya terus berlanjut,

Setelah berhasil meyakinkan Megawati untuk mengusung Jokowi, Prabowo kemudian mulai mencarikan jodohnya. Pilihannya jatuh ke anggota DPR RI dari Golkar Basuki Tjahja Purnama atau yang lebih dikenal dengan nama Ahok.

Pilihan kepada Ahok tampaknya tak lepas dari strategi jangka panjang Prabowo untuk maju kembali pada Pilpres 2014. Sejak Peristiwa Mei 1998 yang menimbulkan kerusuhan dan menimbulkan eksodus etnis China ke luar negeri, citra Prabowo yang anti China melekat cukup kuat.

Dia disalahkan ikut andil bahkan ada yang menyebutnya sebagai dalang  kerusuhan itu. Tuduhan itu sampai sekarang masih sulit dibuktikan.

Dengan mencalonkan Ahok, Prabowo setidaknya ingin meredusir image yang sudah terlanjur melekat erat padanya.

Seperti kita ketahui akhirnya pasangan Jokowi-Ahok mengalahkan Foke yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli . Jokowi-Ahok juga harus melalui putaran kedua untuk memastikan kemenangan.

Cerita manis hubungan Jokowi dengan Prabowo mulai merenggang ketika ada gelagat Jokowi akan mencalonkan diri sebagai capres. Mega sendiri  tampaknya juga berminat menjadi capres. Namun  kuatnya  dukungan publik kepada Jokowi, membuat Mega mundur.

Ketika Jokowi akhirnya benar-benar dicalonkan PDIP sebagai Capres, hubungan Jokowi-Mega dengan Prabowo benar-benar putus. Khusus soal Megawati, menurut kubu Prabowo, dia mengingkari janjinya. Pada saat mereka maju berpasangan pada Pilpres 2009, ada klausul bila mereka kalah, maka Megawati akan mendukung Prabowo dalam Pilpres 2014. Kesepakatan itu dibuat di Batu Tulis, Bogor yang kemudian dikenal sebagai Perjanjian Batu Tulis.

Kisah Jokowi-Prabowo semakin dramatis. Jokowi orang yang diperjuangkan Prabowo dari tepian Bengawan Solo menuju puncak kekuasaan di Jakarta, akhirnya berhadapan dengannya dalam Pilpres 2014. Prabowo  berpasangan dengan Hatta Radjasa dikalahkan Jokowi yang berpasangan Jusuf Kalla.

Pengkhianatan kepada Prabowo menjadi lengkap dan sempurna ketika Ahok yang sudah menjadi Gubernur DKI menggantikan Jokowi, meninggalkan Gerindra dengan alasan tak sepakat pada pilihan politik Gerindra. Bersama sejumlah partai, Gerindra  mendukung opsi mengembalikan proses pilihan kepala daerah ke DPRD, bukan lagi pilkada langsung.

Dalam Pilkada DKI 2017, Prabowo kembali head to head dengan Megawati dan Jokowi yang mengusung pasangan Ahok-Djarot. Sementara Prabowo mengusung Anies-Sandi. Ini merupakan medan tempur besar ke dua bagi mereka, setelah Pilpres 2014.

Cerita terpilihnya Anies sebagai cagub yang diusung Gerindra dan PKS tak kalah menariknya, Ceritanya  mirip dengan terpilihnya Jokowi-Ahok. Semula Gerindra dan PKS mengusung calon Sandiaga Uno Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra berpasangan dengan Mardani Ali Sera, salah satu ketua DPP PKS.

Menyadari tingkat elektabilitas keduanya tidak cukup kuat untuk menandingi Ahok-Djarot, mereka  kemudian mulai bergerilya. Salah satu pilihannya adalah Anies Baswedan yang saat itu baru dicopot dari jabatannya sebagai Mendiknas oleh Jokowi.

Menariknya ketika nama Anies disodorkan, Prabowo menyetujuinya. Begitu juga PKS yang rela menarik pencalonan Mardani sebagai cawagub. Jadilah mereka mengusung pasangan Anies-Sandi sebagai cagub dan cawagub.

Sekedar mengingatkan, ketika Pilpres 2014 Anies adalah salah satu juru bicara Jokowi. Dalam berbagai kampanye tak jarang dia menyerang Prabowo dengan keras dan kata menohok.

Di situlah Prabowo sekali lagi menunjukkan dirinya sebagai negarawan yang kelasnya jempolan. Dia bisa melupakan semua itu untuk tujuan yang lebih besar mengalahkan Ahok, sekaligus mengalahkan Jokowi dan Megawati. SEKALI TEPUK, TIGA LALAT MATI!

Nah, sekarang Anies terpilih menjadi Gubernur DKI. Kekalahan Ahok banyak dilihat juga sebagai simbol dari kekalahan Jokowi. Sementara dari sisi Prabowo kembali menunjukkan kepiawaiannya  sebagai King Maker.

Sentuhan tangan dinginnya setidaknya sudah terbukti dua kali. Tak heran bila Sekjen Gerindra Ahmad Muzani berucap sekaligus memberi sinyal, siapapun yang didukung Prabowo akan menang.

Bila mengambil analogi sepak bola, skor Jokowi vs Prabowo saat ini 1-1 atau setidaknya 1-1/2, karena posisi sebagai Presiden RI tentu tidak bisa disamakan dengan Gubernur DKI.

Melihat kerasnya pertempuran di Pilkada DKI, banyak yang melihat hal itu sebagai persiapan Pilpres 2019. Apakah Prabowo akan kembali mengambil kesempatan menantang Jokowi atau dia mempersiapkan Anies sebagai kandidat penantang Jokowi.

Berdasar pengalaman Jokowi, posisi Gubernur DKI Jakarta merupakan batu lompatan yang strategis menuju kursi presiden. Bila berhasil mengkapitalisasi posisinya sebagai Gubernur DKI, dapat dipastikan Anies bisa menjadi bayang-bayang yang membahayakan Jokowi. Dia bisa menjadi matahari baru yang dapat meredupkan cahaya sinar Jokowi.

Rivalitas mereka akan menjadi seru karena ada setting peristiwa pencopotan Anies dari kabinet Jokowi sebagai latar belakangnya.

Pencopotan Anies merupakan langkah kuda Jokowi yang berdampak ganda.
Pertama, dalam jangka pendek sebagai langkahnya meminimalisir adanya efek “matahari kembar”. Sebagai Mendiknas, Anies cukup populer dan dinilai sangat berhasil. Anies juga menjadi idola baru, terutama di kalangan anak muda dan kelas menengah terdidik. Mumpung sinarnya belum terlalu terik menyengat, Jokowi segera mengambil langkah mencopotnya.

Kedua, Jokowi ingin memperluas dukungan di kalangan Islam dengan merangkul Muhammadiyah. Muhajir Effendy pengganti Anies merupakan salah satu tokoh intelektual Muhammadiyah. Jokowi sudah berhasil merangkul Nahdlatul Ulama (NU)  melalui PBNU, PKB dan PPP. Kini giliran Muhammadiyah.

Dengan modal partai-patai pendukung ditambah NU dan Muhammadiyah sebagai Ormas Islam terbesar di Indonesia, maka Jokowi akan sangat percaya diri menatap Pilpres 2019. Termasuk bila Jokowi harus berpisah jalan dengan Megawati dan PDIP.

Jangan lupa, Jokowi bukanlah kader idiologis PDIP. Dia seorang pengusaha mebel yang kemudian menjadi “anak angkat” ketika maju dalam Pilkada Kota Surakarta 2005. Kendati telah menjadi presiden, Megawati dalam  berbagai kesempatan di depan umum, tak sungkan menyebutnya “hanya” seorang petugas partai. Posisinya sebagai presiden juga selalu dalam bayang-bayang kekuasaan Megawati.

Sayangnya upaya Jokowi merangkul umat Islam menjadi mentah kembali sebagai imbas Pilkada DKI 2017.  Pertarungan dalam pilkada lalu mengkonfirmasi munculnya ketidak puasan, bahkan kemarahan yang cukup tinggi di kalangan umat Islam, terhadap Jokowi.

Sikapnya yang mati-matian melindungi Ahok memicu antipati terhadapnya yang tercermin dari unjuk rasa jutaan umat  dalam 4ksi Bela Islam (4BI) I-III.

Berbagai aksi tersebut tidak hanya melibatkan warga Jakarta, tapi juga berbagai elemen umat Islam di seluruh Indonesia. Aksinya sangat massif dan tercatat sebagai terbesar sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Situasi ini  merupakan modal besar bagi Prabowo ataupun figur yang akan didukungnya. Apalagi  ketika pemerintahan Jokowi melakukan kriminalisasi terhadap para ulama dan menuduh mereka makar, Prabowo dengan tegas menentangnya. Dia tampil di depan membela.

Berbagai aksi itu juga memunculkan sebuah fenomena berbagai elemen Islam yang selama ini terpecah-pecah dalam berbagai harakah (gerakan) menjadi satu. Mereka mengesampingkan berbagai perbedaan dan bersatu menentang Ahok dan tentu saja Jokowi sebagai pelindungnya.

Seperti kutukan keris Empu Gandring, akankah posisi Gubernur DKI Jakarta menjadi senjata yang menusuk Jokowi, seperti halnya ketika dia gunakan untuk menusuk Prabowo?

Sebagai orang Jawa yang mempercayai mitologi, bayang-bayang ini setidaknya akan menghantui Jokowi. Kemenangan Anies-Sandi bisa menjadi awal keruntuhan Jokowi.

Penulis adalah Wartawan Senior
Konsultan Media dan Politik #Copas

Selasa, 06 Februari 2018

JANGAN EMOSI, HAYATI AJA ... BENAR ATAU NGGAK ?

TULISAN YANG SANGAT BAGUS, YANG WAJIB DIBACA OLEH SIAPAPUN, KHUSUSNYA IBU MEGAWATI YANG PUTRINYA PRESIDEN SEOKARNO DAN KELUARGA BESAR PDIP.

Untuk Saudaraku, Warga PDIP
by Asyari Usman, mantan wartawan senior BBC

Salut terhadap keimanan Anda pada slogan "tidak boleh ada agama apa pun yang mengklaim kepemilikan atas Indonesia." Dalam konteks terkini di Indonesia, tentu "agama" yang dimaksudkan oleh slogan ini adalah Islam. Begitu juga ketika Ibu Megawati Soekarnoputri menyebut keberadaan "ideologi tertutup" (dalam pidato ulang tahun PDIP ke-44), saya yakin sekali telunjuk Bu Mega waktu itu tertuju kepada Islam dan umat Islam.

Karena itu, mohon maaf, saya akan mendikotomikan PDIP vs Islam sepanjang tulisan saya ini. Anda tidak perlu malu - malu atau ragu bahwa setiap kali saudaraku PDIP menyebutkan lawan Anda, saya yakin 100% yang Anda maksud itu merujuk pada Islam dan umat Islam. Kalau Anda membantah, silakan buat sidang para saksi ahli bahasa, ahli politik, ahli psikologi dan ahli sejarah untuk menilai ke mana "telunjuk permusuhan" itu Anda arahkan.

Mungkin saja Anda akan berkilah, "Ah, yang kami maksudkan adalah orang Islam yang radikal, yang tidak toleran, dsb". Kalau yang diam - diam dan tidak mengganggu agenda Anda dan agenda - agenda para sekutu Anda, itu tidak masalah.

Anda akan mengatakan, "Orang seperti Habib Rizieq Shihab (HRS) dan gerbong FPI-nya, itulah yang akan kami sikat habis," seperti dikatakan oleh ketua PDIP Surabaya (silakan cari di YouTube : pidato ketua PDIP Surabaya).

Jika Anda berpikiran seperti itu, saya khawatir Anda keliru, wahai saudaraku warga PDIP. Sebab, suka atau tidak suka, HRS dan gerakan FPI yang berkaitan dengan aksi - aksi damai belakangan ini mendapatkan sambutan langsung atau tidak langsung dari semua komponen umat Islam secara luas. Kita hitung saja, seberapa kuatkah FPI dan HRS untuk bisa mempengaruhi 3-4 juta umat Islam yang ikut dalam sejumlah aksi damai ? Kalau umat secara luas tidak mendukung, kecil kemungkinan HRS bisa mengerahkan umat Islam sebegitu besar.

Dalam kajian psikologi massa dan kajian survei dengan random sampling, jumlah yang sebegitu besar semestinya mencerminkan basis dukungan yang sangat besar pula di kalangan umat Islam. Singkatnya, kalau Anda sekarang membidik HRS dan FPI, dan mengatakan bahwa Anda akan menghancurkan mereka, saya yakin 110% bahwa puluhan juta umat Islam di luar FPI merasa mereka juga adalah sasaran "sikat habis" yang Anda maksudkan.

Saudaraku, warga PDIP. Bagus sekali keinginan Anda untuk menjaga keutuhan NKRI. Itu juga yang ditekadkan oleh umat Islam. Tetapi, sebaiknya Anda merenung agak dalam sedikit apakah tidak ada "penumpang gelap" yang berlindung di balik slogan Anda itu ? Tidakkah Anda melihat mereka yang berlindung di belakang Banteng PDP sambil menjalankan agenda mereka sendiri, padahal mereka berpuraura - pura menjadi bagian dari PDIP dan perjuangan PDIP. Yaitu elemen yang berparasit di balik kekuatan politik PDIP, tetapi sesungguhnya mereka menjadikan Anda sebagai "mitra ecek - ecek" demi memperbesar pengaruh mereka dan memperkuat cengkeraman mereka di Indonesia melalui penguasaan mutlak sektor perekonomian dan keuangan negara ini.

Mudah - mudahan saja Anda tahu siapa mereka. Seandainya ada yang tidak tahu, sedih juga. Untuk yang belum tahu karena berbagai alasan, kami bantu untuk mengenali mereka. Mereka adalah orang - orang yang merasa Islam sebagai penghambat ambisi untuk menguasai negara ini. Mereka sangat senang dengan manuver PDIP yang siap menghabisi HRS dan FPI, yang berarti Anda pada akhirnya berhadapan frontal dengan umat Islam secara keseluruhan. Tidak hanya senang, mereka bahkan mungkin siap berkontribusi untuk itu. Tetapi apakah Anda, saudaraku warga PDIP, yakin bahwa mereka adalah sahabat yang bisa Anda percaya ? Apakah Anda sangka mereka adalah orang yang senasib sepenanggungan dengan Anda ?

Saudaraku, warga PDIP yang saya hormati. Sudah pernahkan Anda uji orang - orang yang berlindung di kandang Banteng untuk mengetahui apakah mereka benar - benar "kawan setia" Anda, teman sehidup semati, teman yang akan membantu orang - orang kecil yang selama ini Anda perjuangkan ?

Sudah lupakah Anda, wahai saudaraku warga PDIP, bagaimana tempo hari mereka menyalahgunakan dana BLBI semasa krisis moneter 1998 ? Jangan - jangan sebagian besar Anda tidak mendapatkan informasi yang utuh tentang BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), yaitu pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang disalurkan kepada 48 bank swasta di Indonesia, yang para pemiliknya adalah orang - orang yang sekarang mungkin, sekali lagi mungkin, mendukung Anda untuk menghabisi Habib Rizieq Shihab dan FPI. Mereka itu mengantungi dana BLBI sebesar Rp147 triliun untuk mencegah kebangkrutan karena ulah mereka sendiri; walaupun kemudian terbongkar bahwa mereka dengan lihainya menggelapkan dana BLBI itu untuk mereka sendiri. Tetapi, alhamdulillah, pinjaman IMF itu sudah dibayar oleh rakyat Indonesia yang sebagian besar adalah umat Islam.

Tahukah Anda berapa banyak orang Indonesia asli sebagai pemilik bank - bank swasta itu ? Sudah lupakah Anda ketika mereka membawa lari uang rakyat ke luar negeri, memarkirkannya di Singapura, Hong Kong, Shanghai, dan di surga - surga penyimpanan uang lainnya ? Pedulikah mereka dengan rakyat kecil ? Pedulikah mereka dengan Anda, saudaraku warga PDIP ?

Tidakkah Anda saksikan siapa - siapa sajakah yang memiliki konglomerasi dana dan kekayaan property di Indonesia ini ? Berapa persenkah orang Indonesia asli yang bisa membeli apartemen super mewah di supercondo yang mereka bangun di kota - kota besar di Indonesia ini ?

Tidakkah Anda terpanggil untuk memikirkan sejenak dampak buruk dari kepemilikan sebagian besar stasiun televisi swasta oleh mereka; yaitu dampak negatif terhadap pembentukan karakter dan akhlak generasi muda Indonesia ?

Tahukan Anda bahwa rata - rata pengusaha yang berbeda kulit dengan Anda itu, menyekolahkan anak - anak mereka ke luar negeri dengan biaya mahal ?

Sudah pernahkah Anda coba melamar pekerjaan senior di perusahaan - perusahaan milik mereka? Berapa banyakkah orang Indonesia asli yang bekerja sebagai staf senior di BCA, Sinarmas, Agung Podomoro, Summarecon, Lippo Group, Salim Group, dll ?

Supaya tidak semakin panjang, satu lagi pertanyaan : apakah Anda, saudaraku warga PDIP, merasa lebih baik mencaci - maki dan mengancam HRS dan FPI, yang berarti juga mencaci - maki umat Islam pada umumnya, ketimbang ikut menegakkan keadilan hukum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ?

Semoga Indonesia tetap damai dan tenteram. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan !

Asyari Usman.@@ #Copas

Senin, 05 Februari 2018

Begitu banyak curhat tentang rumah tangga di inbox, terutama dari para ukhti, membuat saya ingin menuliskan ini

Siapakah Kau, Perempuan Sempurna?

Terinspirasi dari tulisan Afifah Afra

66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)”.

66:11. Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim”,

66: 12. dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.

Ada sebuah kontradiksi yang sangat kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis. Mengapa begitu? Isteri Nabi Nuh dan Isteri Nabi Luth adalah contoh perempuan yang berada dalam pengawasan lelaki shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi (bandingkan dengan suami kita! Tak ada apa-apanya, bukan?).

Akan tetapi mereka berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad daakhiliin…

Sedangkan Asiyah binti Muzahim adalah istri seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbukumul a’la.”

Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda: ”Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran.” (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih).

Empat perempuan itu dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah saw masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut. Terpilihlah dua perempuan yang disebut sebagai perempuan sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran.

Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).

Bahkan perempuan sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih ‘kalah’ dibanding Asiyah Istri Fir’aun dan Maryam binti Imran.

Apakah gerangan yang membuat Rasul menilai semacam itu? Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun ahli hadits.

Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya sedikit meraba-raba, bahwa penyebabnya adalah karena keberadaan suami.

Khadijah, ia perempuan hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total oleh Rasul terkasih Muhammad saw., seorang lelaki hebat. Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak sempurna, karena ada Ali bin Abi Thalib ra, seorang pemuda mukmin yang tangguh.

Sedangkan Asiyah? Saat ia menanggung deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia menyandarkan tubuhnya, karena justru yang menyiksanya adalah suaminya sendiri.

Siksaan yang membuat ia berdoa, dengan gemetar, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.” Siksaan yang membuat nyawanya terbang, ah… tidak mati, namun menuju surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria dengan para penduduk akhirat.

Bagaimana pula dengan Maryam? Ia seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi Nabi Isa. Kepada siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina? Pantas jika Rasul menyebut mereka: Perempuan sempurna…

JADI, YANG MENGANTAR ke Surga, Adalah Amalan Kita. Bukan karena (sekadar) lelaki shalih yang menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita menuju jalan ke surga, mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama.

Namun jemari akan teracung bagi wanita - wanita dengan kondisi yang tidak menguntungkan karena : suami yang dzolim, ibu mertua yang dzolim, ipar2 yang dzolim, bahkan yang hingga kini masih melajang tanpa pacaran, namun tetap bisa beramal dan cemerlang dalam cahaya iman.

Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah, yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan Fathimah-Fathimah.

Sebaliknya, alangkah hinanya para perempuan yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada kenyataannya, mereka tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi pengajian terus sih, sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, sholat terus tapi hidup begini2 aja, emang anak2 bisa dikasih makan pake sholat ?” astaghfirullah....!!!

Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetapi melajang karena berbagai sebab nan syar’i.

Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang hebat dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba Allah Ta’ala!
Wallahu a’lam bish-shawwab.#Copasstatusirenerajiman

Jumat, 02 Februari 2018

"Kartu Kuning itu berat.. biar aku saja!"

(by Muhammad Ilham)

Kamu lucu Mahasiswa.. kamu gak takut ditembak, ditangkap apalagi di culik?

Kamu gak bakal mikir kalau bakal ditembak sniper? Karena jangankan 10 meter.. 100 meter aja, halal itu paspampres gagah itu tembak kamu.. kamu bisa mati seketika.. kuliah kamu berhenti, orang tua kamu menangis, dan apa balasannya? Paling kamu jadi viral berita..

"Mahasiswa ditembak mati, karena mencoba menerobos Presiden.."

Tapi kamu imut.. film Dilan yang lagi ngetrend, bisa ku bilang gantengan dan jantanan kamu. Mereka cuma berkisah tentang pacaran, kamu bernarasi tentang peradaban!

Katakan sama Dilan "Jadi Aktivis itu berat.. tidak banyak yang mau.. biar aku saja".

Belum lama Ulama dipukuli syahid sehabis shalat, Ulama itu dipukuli dengan linggis, hingga mati, oleh orang gila, belum apa-apa orang itu di vonis gila, padahal badannya kekar, wajah dan rambutnya bersih terawat, orang gila tergagah yang ku lihat.

Kamu gak takut? Jika tiba-tiba saat kuliah, kamu ditabrak sampai mati, oleh orang gila?

Mahasiswa.. Kamu dengan gaya korean style mu, berargumen dengan Paspampres, suara kamu parau. Kamu jelas agak takut. Tapi kamu hadapi. Tanggung jawab mu pada negeri ini yang mendidih, membuat wajah-wajah sangar itu juga ngeri padamu. Ini tentang sebuah benang perjuangan.. bahwa kalian belum mati.. Mahasiswa masih ada mengawal negeri ini.

Mahasiswa.. aku ramal kamu jadi Pemimpin Negeri.. karena aku tahu Tuhan mu.. Dzat yang tidak pernah tidur.. Dzat yang menghimpun orang-orang baik seperti mu dan kawan-kawan mu.. seraya berfirman..

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

"Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya Mereka adalah Pemuda-Pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada Mereka.. (Surat Al-Kahfi, Ayat 13)

Aksi
**************

Aksi Berani Ketua BEM UI Beri Kartu Kuning Jokowi, Banjir Pujian Netizen

Walau dicegah dan akhirnya digiring paspampres, aksi berani Ketua BEM UI Zaadit Taqwa ini ramai diperbincangkan di Sosial Media dan banjir pujian Netizen. Bahkan "BEM UI" jadi Trending Topik di lini masa twitter..

Aksi yang cerdas.. Mampu menganalogikan peringatannya dalam sebuah aksi yang menarik perhatian..

Ternyata Mahasiswa masih ada....

Visualisasi Mimpi Zaadit Taqwa “Sang Pemberi Kartu Kuning Jokowi” #Copas