iklan

Senin, 20 November 2017

Kopas dari Setiawan Budi

"BALADA RINA NOSE, USTAD SOMAD dan KYAI YANG SANTUN"
Penulis : Setiawan Budi

***

Lucu itu ketika melihat ketua ansor meminta ustad abdul somad berceramah secara santun..

Ini seperti meminta orang lain hidup bersih, tapi keluarga dia hidup masih jorok di dalam rumah. Kadang pipis aja masih di balik pintu dapur mereka sendiri.

Ustad abdul somad adalah ustad NU, ada yang bilang beliau adalah ustad NU garis lurus karena berbeda dalam menjalankan ajaran KH. Hasyim Asyari. Dia tegas, tidak ada keberpihakan pada golongan, bahkan undangan jokowi saja bisa di tolaknya. kalau jokowi mau menyesuaikan jadwal beliau, maka beliau akan penuhi undangan tersebut. Namun kalau beliau yang harus sesuaikan jadwal jokowi untuk bertemu, maka maaf2 saja, karena jadwal beliau sudah full booking sampai akhir tahun.

Bahkan untuk awal tahun kabarnya sudah penuh juga.

Beliau tidak silau dengan jabatan orang penting yang mengundang dirinya. Baginya, siapa saja yang datang dan meminta kehadirannya akan di penuhi dengan menyesuaikan jadwal yang ada. Jangan karena ada presiden yang ingin bertemu, jadwal yang sudah di susun harus di hapus demi presiden.

Satu orang presiden yang beliau temui, bisa mengecewakan ribuan umat yang sudah menunggu kedatangannya. Dan beliau lebih mementingkan ribuan umat dari pada bertemu dengan presidennya.

INI USTAD JAMAN NOW....!!

Berani menolak permintaan presiden, kalau mau di bandingkan dengan kyai2 sebelah sana..maka akan jauh panggang dari api. Kyai sana malah berSedia tergopoh-gopoh menemui presidennya ketika di panggil. Walaupun ada jadwal pengajian dengan umat, mereka bisa tinggalkan karena negara memanggil...yaitu presiden. begitu kata kyai. Karena bagI kyai, presiden ADALAH pemimpin yang harus di patuhi. Namun bagI ustad Abdul somad, rakyat LAH YANG  HARUS DI TEMUI.

Bicara kata santun, Apabila menyangkut ajaran..maka santun itu tidak akan ketemu. "Katakanlah kebenaran walaupun pahit terdengar". Katakanlah walau itu akan pedih bagi yang mendengar. Kadang kebenaran itu memang mennyakitkan, ini sama dengan ajaran sunnah yang mengatakan bid'ah pada amalan orang NU.

Namun saat bicara perilaku pada sesama, maka santun itu wajib. Ustad abdul somad bagi saya terpeleset saat mengatakan hidup pesek dan jeleknya seorang rina nose. Namun terpelesetnya ini bukan dijadikan dasar oleh beliau untuk menghinakan si artis. Beliau menyampaikan pandangannya atas kehebohan publik atas lepas jilbab-nya rina nose.

Barusan sempat WA dengan seorang ustad, meminta tanggapan atas masalah ini

Bagi seorang ulama, apa yang di lakukan rina nose adalah sebuah penghinaan atas ajaran islam. Bagi orang biasa, mungkin menganggap itu hal yang biasa..mungkin artis itu belum siap dan dia belum kuat dalam beriman. Dan mendoakan beliau supaya semakin dekat dengan ajaran islam. Disini perbedaanya..

Seorang ulama yang sudah pekerjaan sehari-harinya memberikan siraman rohani pada umat melihat fenomena rina nose maka ia akan marah, marah karena agama di permainkan layaknya sebuah makanan prasmanan. Ketika kau suka, maka kau ambil..namun ketika kau tidak suka, kau bleh muntahkan makanan yang telah kau kunyah.

Tidak akan masalah apabila artis itu melepas jilbab-nya dan merahasiakan apa alasannya. Biarlah ia sendiri yang menyimpan alasannya, Jadi masalah ketika dia menceritakan alasannya dengan membandingkan ajaran islam yang sudah tegak lurus dalam pemahaman sempitnya. DI SINILAH KEMARAHAN ULAMA...dan disinilah kemarahan seorang Abdul Somad.

Saat ada jemaah yang menanyakan tentang fenomena rina nose, maka ibarat pucuk di cinta ulam-pun tiba. Ustad Abdul somad melampiaskan kekesalannya dengan menghinakan fisik sang artis. Sudah ada klarifikasi sang ustad, bahwa dia sombong pada orang yang juga sombong atas pemahamannya. Pernyataan dan alasan rina nose melepas jilbab pada media membuat ulama marah atas statement itu.

Teman ustad saya berkata, :

"Kamu akan dapatkan apa yang telah kamu keluarkan"

Rina nose mendapatkan apa yang telah dia keluarkan atas alasan itu, dan bagaimana dengan UAS..? Apakah dia akan mendapatkan juga hasil dari hinaannya pada sang artis..? Teman saya berkata..

"Mainkan Pemikiranmu sebagai seorang muslim, ketika agama-mu bisa di jalankan bak prasmanan..maka kau harusnya berkewajiban untuk berkata tegas atas kelakuan seperti itu"

Tidak ada kata sejuk bagi orang yang sudah lecehkan ajaran islam, tidak ada kata lembut bagi orang yang sombong seperti artis itu. Banyak pihak yang marah pada UAS, itu hak mereka...menganggap ustad tidak cerminkan ajaran islam yang sejuk, itu juga hak mereka menilai. Namun ustad juga mempunyai hak dan pemikiran sendiri atas orang2 yang sudah sombong bicara ajaran agama tanpa perlu taat pada aturannya.

Tanpa perlu di hina oleh UAS, sang artis juga sudah pernah hinakan dirinya sendiri di hadapan publik bahwa dia sangat mirip dengan anjingnya. karena sang anjing peliharaanya juga berhidung pesek, dan dia bangga akan hal itu. Mengapa saat UAS mengikuti kemauan sang artis untuk terhina malah di permasalahkan..?

Kalau kita menghina orang yang tidak menyalahkan agama dan tidak sombong, mungkin kita salah. Namun untuk seorang rina nose...itu adalah konsekuensi yang dia dapatkan.

Sampai disitu saya terdiam, satu sisi saya masih anggap hinaan UAS salah, namun satu sisi lainnya saya memahami kemarahan seorang ulama ketika melihat sang artis begitu mudahnya bicara agama tanpa harus patuh padaaturannya.

Saya berusaha memahami bagaimana perjuangan seorang ulama yang gigih meberikan ajaran islam sesuai tuntunan  Alquran dan Al hadist, namun karena perkataan seorang setan berwujud seorang artis...maka ada sebagian umat islam malah sependapat dengannya. Bagi ulama, rina nose adalah SETAN yang wajib di perangi dengan pemahaman dangkalnya. Dan saya memahami kemarahan ulama sekelas Ustad Abdul Somad.

Kembali ke masalah cerita LUCU ketika ketua ansor yang tambun ini meminta ustad somad berbicara santun. Ketua ansor ini hendaknya melihat polah kyai yang mereka puja, bagaimana santunya kyai mereka ketika ceramah dengan membawa cerita dusta tentang anjing dan jubah. Sebuah pakaian suci nabi di sandingkan dengan cerita se ekor anjing yang hina dengan tujuan memperolok pemakai baju jubah yang tidak pernah ia senangi.

APAKAH KETUA ANSOR ITU PERNAH MEMINTA KYAI-NYA BERBICARA SANTUN TANPA PERLU HINA JENGGOT DAN JUBAH?

Ini lah moment paling kampret, ketika pelacur ngaku perawan. Melihat bulu orang dia gak senang, namun bulu sendiri yang sudah rimbun malah dia pelihara. Kok bisa-bisanya dia meminta orang lain agar  mencukur bulu yang tumbuh? sedangkan bulu liar dia sendiri malah gak mau di cukur.

Bagi saya, setiap permasalahan membawa nama ansor dan ketua unik mereka..maka akan semakin menarik di bahas. Karena saat itu saya bisa melihat sebuah refleksi terbalik dari apa yang mereka perjuangkan. Menampar mereka dengan polah mereka sendiri...meremas Bijdie mereka dengan sekuat-kuatnya.

Abaikan isi tengahnya, fokus pada alenea pembuka dan alenea penutup saja..:D #Copas