iklan

Senin, 19 Maret 2012

Curhat Palsu Mr. President



Curhat Palsu Mr. President
sby-curhat
Sesudah memberi pembekalan kepada para kadernya, didampingi para petinggi partai dari Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Komisi Pengawas, anggota Fraksi di DPR sampai pengurus DPP dan DPD di kediaman pribadinya di Cikeas, Jawa Barat, Minggu malam Presiden SBY curhat, berkeluh kesah merasaa terancam dengan demonstrasi anti kenaikan harga BBM yang marak akhir-akhir ini. Ia beranggapan unjuk rasa telah melampaui batas etika, liar, tidak beradab. misal: meneriakkan kata-kata maling kepada presiden dan pejabat atau kader politisi democrat  dengan speaker yang volumenya memekakkan telinga, pembakaran dan pembantingan  foto presiden,
Ketika curahan hati  itu dikumandangkan dengan ujung tombak pers dimulai dengan kalimat kehormatannya sebagai kepala Negara symbol bangsa telah diusikdan diancam. Munculah berbagai  pemikiran dan perasaan pembelaan dan  simpati dari masyarakat melihat SBY yang dikesankan telah menjadi korban kedzaliman para demonstran.

Strategi  Presidan. "soal Curahan Hati"
Presiden ini dari dulu memang telah beberapa kali punya perasaan sensitive. Jika dikritik sedikit maka jawabannya berkeluh kesah dihadapan rakyatnya bahkan seringkali membuat puisi dan album musik, sudah dua album yang diluncurkan.
Dia sangat cerdas mencitrakan dirinya karena Banyak rakyat Indonesia menganggap SBY sebagai presiden yang santun  sehingga jika siapa saja yang akan mengkritiknya akan mudah diposisikan sebagai pihak yang jahat.
Presiden  juga selalu mengingatkan bahwa pada masanya semuanya jauh lebih baik dan
tertata dan kalaupun kondisi Indonesia belum optimal seperti yang diharapkan akibat terjadinya akumulasi dari penyimpangan rezim sebelumnya.
Apa yang dilakukan Presiden SBY dengan curhat dalam menghadapi kritik itu adalah model yang paling tepat untuk merekayasa opini supaya dia selamat dari hujatan kesalahan kebijakannya.

Liar teriak Liar 

Jika kita hendak berbicara tentang peran demonstrasi yang selalu didengungkan oleh pemerintah dalam hampir rata-rata setiap pidatonya adalah liar dan mengancam, maka suatu pertanyaan hendak dilontarkan balik kepada pemerintah: “apakah demokrasi yang dipraksiskan saat ini merupakan demokrasi bagi pemenuhan tuntutan masyarakat?” Jawabannya adalah Liar karena  ketidakjujuran pemerintah bahwasanya demokrasi saat ini adalah demokrasi-nya kaum Neo Liberal, mereka adalah antek2nya, maka jadinya Liar teriak liar. "rakyat lapar dibilang makar, rakyat yang etrancam dituduh mengancam".

Berikut karakter pemerintah di republik ini yang terlalu munafik tanpa pernah berkaca kepada dirinya sendiri. Bahwasanya apa yang telah diperbuat oleh mereka (pemerintah) kepada rakyatnya, Pertama, takluk kepada Kontrak-kontrak karya baik di Pertambangan dan kehutanan serta lainnya dengan berbagai pihak apakah pihak luar negeri ( Freeport, newmont, Exxon dll ) dan cukong swasta dalam negeri, kedua,Korupsi semakin marak dan lemah dalam penegakan hukumnya. Serta yang terbaru adanya rencana kenaikan harga BBM. Faktanya –ketika sumber daya alamnya habis, rakyat dilokasi dan mayoritas bangsa Indonesia tidak merasakan kenikmatannya malahan yang dirasakan kerusakan alamnya dan bibit perpecahannya. Ini juga harus dipertanggung jawabkan dan sebagai landasan untuk melakukan negoisasi ulang kontrak karya .
At last but not least, Aparat Negara gaya hidupnya inginnya mewah-mewahan ( pengadaan mobil dinas, pesawat kepresidenan dll ) tetapi harus mengeksploitasi dana anggaran Negara. Maling duit rakyat dengan akal –akalan kebijakan sehingga tidak akan pernah bisa disentuh oleh Hukum

Terkait dengan itu semua, Apapun pendapat kita syah saja karena Eranya Demokrasi seperti yang diajarkan pemerintah adalah neo liberal, tetapi yang paling penting kami harus punya dasar yang kuat dan dalam rangka menjadikan Indonesia keluar dari persoalan yang melilitnya. Jadi jika symbol kerbau untuk melambangkan kelambanan mister president atau teriakan maling atau sebutan lebay, itu memang benar, please dech, jangan cengeng!!!(gm)
Sumber  :  Kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar