AKIBAT MEMUSUHI WALI
*ONE DAY ONE HADITH*
Dari Abu hurairah, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
Sesungguhnya Allah berfirman: "Barang siapa berani memusuhi wali (kekasih) Ku maka sungguh Aku mendeklarasikan perang dengannya" [HR Bukhari]
_Catatan Alvers_
Teringat sewaktu mengikuti sebuah seminar di bangku kuliah dulu terdapat seorang pemateri yang menggebu-gebu mengkritik para pemikir islam tak terkecuali imam ghazali dan karyanya ihya ulumuddin. Tak ada karya beliau yang luput dari kritikannya. Ternyata dunia sarat kritik tidak hanya berlaku di kampus, hal yang sama berlaku di dunia pertelivisian. Di sebuah tayangan program keislaman di televisi swasta, seorang host memberikan komentar-komentar miring tentang Imam Al-Ghazali. Ia mengatakan bahwa Imam Al-Ghazali kurang mendalami Al-Quran dan Hadits.
Mengkritik pendapat seseorang adalah hal yang wajar, karena tiada manusia yang sempurna dan maksum selain Nabi SW. Namun jika yang dikritik adalah orang yang mulia di sisi Allah maka timbul pertanyaan apakah yang mengkritik lebih mulia dari yang dikritik? Selanjutnya apakah tidak dikhawatirkan pelaku termasuk dalam kategori memusuhi Wali Allah seperti keterangan hadits shahih di atas sebab yang dimaksud dengan Wali Allah adalah
العالم بالله المواظب على طاعته المخلص في عبادته
orang yang berilmu dengan ilmu Allah yang secara konsisten berada dalam ketaatan dan ikhlas dalam ibadahnya [Fathul Bari]
Mengkritisi karya Imam al-Ghazali (1058 M / 450 H - 1111 M / 505 H) menurut catatan sejarah ternyata pernah dilakukan oleh seorang ulama fiqih terkemuka dari Maroko yaitu Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Muhammad bin Abdullah bin Harzihim yang terkenal dengan sebutan Ibnu Hirzihim (W.1163 M) . Syekh Abdul Qadir al-Idrus Ba Alawi menceritakan bahwa Ibnu Hirzihim merasa risih dan tidak menyetujui dari apa yang dipaparkan Imam Ghazali, terlebih kitab itu mengandung banyak hadits maudhu' sebagaimana pernyataan banyak orang. Walhasil, Ia mengundang sejumlah ulama' untuk bersama-sama membedah kitab Ihya' Ulumiddin karya Imam al-Ghazali (Almarhum). Hasil dari pembedahan itu adalah bahwa kitab itu penuh penyesatan dan khurafat. Iapun memerintah untuk mengumpulkan semua kitab Ihya' Ulumiddin dan membakarnya secara masal di hari Jum'at !!
Sebelum pembakaran masal Ihya' Ulumiddin dilangsungkan, Ibnu Hirzihim bermimpi memasuki sebuah masjid dan menjumpai Imam Ghazali duduk menghadap Rasulullah, Saidina Abu Bakr dan Saidina Umar. Imam Ghazali saat itu mengadu kepada Rasulullah dan kedua sahabat mulia itu tentang tuduhan yang dialamatkan kepada karyanya. Imam Ghazali berkata :
هذا خصمي يا رسول الله فإن كان الأمر كما زعم تبت إلى الله، وإن كان شيئاً حصل لي من بركتك واتباع سنتك فخذ لي حقي من خصمي
Orang ini adalah musuhku wahai Rasul. jika kitabku ini memang seperti tuduhannya maka aku akan bertaubat kepada Allah, namun jika kitabku ini meruapakan hasil dari keberkahan-Mu dan mengikuti sunnah-Mu maka mohon tunaikanlah hakku atas musuhku ini.
Rasulullah kemudian membaca kitab Ihya' Ulumiddin dari baris dan halaman pertama sampai titik terakhir. Selepas membacanya, beliau bersabda:
والله إن هذا لشيء حسن
"Demi Allah, buku ini sungguh mulia".
Selanjutnya Saidina Abu Bakar pun membacanya, setelah menelaahnya, beliau menanggapi:
والذي بعثك بالحق إنه لشيء حسن
"Demi Allah yang mengutus mu dengan kebenaran, buku ini sungguh mulia".
Lalu Sayyidina Umar pun turut membacanya dan memberikan kesaksian yang sama.
Rasulullah SAW kemudian memanggil Imam Ibnu Hirzihim dan memerintahkannya untuk melepas baju agar dicambuk. Setelah cambukan yang kelima kalinya, Sayyidina Abu Bakar mencoba memohonkan ampun untuknya:
يا رسول الله لعله ظن فيه خلاف سنتك فأخطأ في ظنه
"Wahai Rasulullah, mungkin saja dia ingin membela sunnahmu tapi prediksinya salah".
Imam Ghazali menyetujui usulan Sayyidina Abu Bakr dan Rasul pun memenuhi permohonan itu. Saat itu terjagalah Ibnu Hirzihim dari tidurnya. Namun anehnya luka-luka akibat cambukan nampak jelas di punggungnya. Menyesali perbuatannya, Ibnu hirzihim lalu bersaksi bahwa karya Imam Ghazali adalah kitab yang suci nan mulia. Jika ada yang belum mempercayai mimpinya, maka luka di punggungnya sebagai bukti paling nyata. Luka itupun terus terasa dalam waktu yang lama!. Ia sadar bahwa memusuhi auliya' adalah kesalahan yang amat besar. Iapun kembali mengkaji dan mengamalkan kitab Ihya' Ulumiddin serta mengajarkannya kepada khalayak umat. Tidak lama setelah itu, Dalam mimpinya Rasulullah datang menjumpainya dan mengusap luka punggung dan hatinya, dan akhirnya iapun bebas dari segala belenggu yang telah lama menghantui perasaannya. Diakhir hayat beliau, Syeikh Abu Hasan As-sadzili berkata:
ولقد مات الشيخ أبو الحسن ابن حرزهم يوم مات وأثر السياط ظاهر على ظهره
Sungguh ketika Syeikh Ibnu Hirzihim wafat, bekas luka tersebut masih tampak jelas dipunggungnya. [Sumber : Ta'rif al-Ahya' bi Fadha'il al-Ihya] _Wallahu A’lam_ Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita agar senantiasa hormat kepada para wali Allah dan tidak menghina apalagi memusuhinya.