iklan

Selasa, 13 Desember 2016

Tsunami Politik Dan Air Mata Ahok

http://politik.rmol.co/read/2016/12/13/272357/Tsunami-Politik-Dan-Air-Mata-Ahok-

Tsunami Politik Dan Air Mata Ahok

Penulis : Gde Siriana
BAGI umat Islam kesalahan Ahok paling fatal adalah dia mengutip ayat agama lain dengan penafsirannya sendiri yang digunakan dalam konteks kepentingan Pilkada. Inilah penistaan agama itu terjadi.

Dia berkilah bahwa ayat suci Al Maidah dikutip sepotong potong oleh orang yang haus kekuasaan demi ambisi politiknya yang berlindung di balik ayat suci. Ahok lupa bahwa dia menyampaikan Al Maidah di kep Seribu juga demi dia terpilih jadi Gubernur.
Apa ada yang bisa membantah bahwa Ahok sampaikan surat Al Maidah demi jadi Gubernur?

Tak pantas sebagai pejabat publik gunakan ayat suci agama lain demi ambisi politiknya, apalagi dengan penafsiran sendiri yang berbeda dengan tafsir mainstream yang merupakan zona ahli agama.

Ahok tidak menyampaikan bahwa di gereja-gereja juga disampaikan para pendeta untuk memilih Ahok. Ahok juga tidak menyampaikan bahwa di Bali, di Papua, Manado tidak mungkin Tokoh Islam terpilih sebagai Gubernur, tetapi tidak pernah terjadi usaha memelintir ayat-ayat agama mayoritas di sana agar memilih calon beragama Islam.

Demokrasi dengan pendekatan kultur adalah sah karena politik tidak pernah lepas dari agama, sosial, kedaerahan dan budaya. Mengubahnya dari sudut pandang selain agama Islam mungkin saja bisa dilakukan. Tetapi dari kacamata Islam, yang menjadi mayoritas, pemahaman atas Al Maidah adalah hak asasi umat Islam, yang tidak ingin diganggu secara politik sampai menyentuh ayat-ayat agamanya.

Jangankan oleh umat agama lain, ucapan tokoh Islam saja yang dianggap mengganggu keyakinan pada tafsir mainstream saja akan diprotes bahkan dihujat. Karena masyarakat Islam itu egaliter, tidak terpengaruh meskipun institusi dan struktur kelembagaan sudah dikuasai politik mainstream.

Ulama-ulama kecil dengan kelompok majelis taklimnya yang tidak dikuasai politik mainstream akan melakukan perlawanan, dan itu jumlahnya sangat banyak. Aksi 411 dan 212 adalah bukti bagaimana ormas Islam mainstream tidak mampu mencegah adanya aksi, karena ustad dan ulama beserta majelis taklim di setiap musala dan masjid bergerak sukarela melawan kekuatan politik dan uang di balik Ahok agar Ahok segera dihukum.

Pada akhirnya kita harus percaya, Allah selalu menguji manusia dengan kekuasaan, diciptakan manusia yang hebat dengan kekuasaan melindunginya dan kekuatan menopangnya sehingga uang dan kekuasaan seperti "tak bisa dikalahkan siapapun", akhirnya melahirkan kesombongan yang melampaui batas.

Dan jika sudah Allah berkata "Cukup, karena engkau sudah melampaui batas", maka kejatuhan justru datang dari dirinya sendiri yang tidak pernah dibayangkan oleh siapapun juga. Dari ucapan atau perbuatannya yang sebenarnya dianggapnya sepele justru mendatangkan tsunami politik dan air mata di kursi pesakitan.

Penulis adalah peneliti dari Soekarno Institute for Leadership

Tidak ada komentar:

Posting Komentar