iklan

Kamis, 14 April 2011

Bahan Impor Melangit, Para Chef Merintih

Kamis, 14 April 2011 - 19:19 wib
Fitri Yulianti - Okezone

Ikan salmon (Foto: Google)

PEMERINTAH Indonesia sedang gencar melakukan pembatasan barang impor. Para chef dan penikmat kuliner turut merasakan dampaknya.

Bagi masakan internasional, penggunaan bahan impor jelas memainkan peran penting. Guna mempertahankan cita rasa otentik, restoran akan menggunakan bahan-bahan yang didatangkan dari luar negeri. Alasannya bisa pula karena pasar lokal belum bisa menyediakan bahan dimaksud dengan kualitas sepadan barang impor. Salmon, misalnya.

"Salmon biasanya kita pakai untuk sushi. Enggak bisa kalau kita ganti bahan lain, karena tekstur dan rasa yang dihasilkan berbeda. Enggak ada yang bisa menyamakan salmon impor," tutur Agus, chef Financial Club yang juga anggota Association Culinary Professionals Indonesia (ACPI) kepada okezone usai peluncuran inovasi baru Kecap Pedas ABC di Restoran Penangbistro, Jalan Pakubuwono, Jakarta Selatan, Kamis (14/04/2011).

Namun sejak diberlakukan peraturan soal pembatasan barang impor, Agus mengatakan bahwa para chefmerintih lantaran salmon dan daging sapi-dua bahan impor yang banyak digunakan-sulit didapat.

"Saya juga enggak tahu kenapa? Mungkin ada pengetatan atau kita mau swasembada daging. Tadinya banyak, kita mau merek apa juga ada, tapi sekarang susah. Salmon malah sempat hilang. Begitu ada, harganya mahal," katanya.

Agus mencontohkan, harga daging sirloin yang awalnya Rp65 ribu per kilogram sekarang bisa mencapai Rp94 ribu per kilogram.

Sebagai solusi guna menjawab keinginan konsumen, kini restoran mengaku harus cepat berburu bahan impor dari pemasok dan menggunakan bahan daging beku.

"Kami pakai produk frozen dari ‘supplier warehouse’. Dan karena jumlahnya terbatas, kadang konsumen restoran kehabisan makanan dengan menu ini," sahut Chandra Yudasswara, anggota Association Culinary Professionals Indonesia (ACPI) kepada okezone pada kesempatan yang sama.

Sementara soal solusi mengganti bahan impor dengan produk lokal, Chandra mengatakan, "Ikan patin dan lele sepertinya sedang dikembangkan, mungkin yang mendekati dan cocok untuk sushi itu belut ya."

Agus sendiri punya pendapat berbeda.
"Sebenarnya agak susah kalau mau disamakan, karena daging lokal itu biasanya keras akibat pola makan ternak yang beda, juga perlakuan peternak luar negeri. Ternak mereka enggak stres karena dibiarkan hidup bebas. Nah, ini yang bikin dagingnya juga lebih enak ketika diolah," ujar Agus.
Somber : Okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar