*Adil Pradoto*
Diawali dari pasangan suami istri Sang ayah bernama Dita dan istrinya bernama Puji Kuswanti menerima telpon dari orang yang tidak dikenal meminta tolong agar mengambil titipan paket di suatu tempat. Dengan sebagian sudah dibayar melalui di transfer beberapa juta dan sisanya di janjikan dibayarkan kalau paket barang sudah diterima.
Sang penelpon meminta agar anak-anaknya dan seluruh keluarganya diminta pembagian tugas untuk membantu mengantarkan barang-barang paket tersebut. Dan sang penelpon meminta agar disuruh cepat barang-barang itu diserahkan karena sudah ditunggu.
Maka setelah barang-barang paket itu dibawa Dita mengemudikan mobil Toyota Avansa, menurunkan istrinya Puji Kuswanti dan dua putri mereka - Fadila Sari , 12 tahun dan Pamela Rizkita, 9 tahun - di GKI Wonokromo Diponegoro.
Lalu sang ibu menggunakan motor menuju alamat gereja yang dutuju dengan keadaan seperti tergesa-gesa membawa motornya dan sudah sampai masuk di depan gereja. Maka "Team Teroris" dari jauh meledakkan tas paket yang sedang digendong oleh seorang ibu dan kedua anaknya melalui _remore control_. Dan seketika itu juga ledakan bom telah menewaskan dirinya dan kedua putrinya serta orang-orang di sekitar yang tak dikenalnya.
Hampir bersamaan, dua anak laki-laki mereka -- Yusuf, 18 tahun dan Alif, 16 tahun -- berboncengan dengan sepeda motor, dengan memangku tas juga mereka taunya membawa titipan barang paket bergegas membelok di tikungan perempatan jalan dan di sanalah dua anak laki-laki itu di ledakkan paketnya yang ternyata berisi bom tepat di halaman Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Dan Dita sendiri suaminya membawa mobil Toyota Avanza dengan berniat mau mengantarkan barang paket satu lagi yang ternyata berisikan bom. Dan bom itu juga diledakkan dari jauh dengan _remote control_-dan mengguncang gereja Pantekosta di Jalan Arjuna.
*Dita, istri dan keempat anak mereka tewas. Orang-orang yang tak menyangka jika keluarga ini sebenarnya juga korban dari kebidaban Teroris itu. Yang lebih memperihatinkan media dan pihak Kepolisian yang langsung memvonisnya sebagai pelaku Teroris.*
Sungguh biadab dan sungguh banci! Menggunakan satu keluarga sebagai umpan aksi teror bom. Jika mereka benar-benar kelompok radikal mengapa tidak mereka sendiri saja yang berani maju untuk mati sebagai aksi bom bunuh diri. Bukan dengan cara-cara yang pengecut dengan lempar batu sembunyi tangan. Kelompok biadab apa ini?
*Aslam al Atsary - Mantan Anggota BAIS (Badan Intelijen Strategis)*
Bismillah.
Berikan waktu untuk saya membuka diri dalam rangka ingin meluruskan isue dan pandangan masyarakat yang sudah jungkir balik terhadap kejadian aksi-aksi teror dimulai dari kerusuhan dan pembunuhan di Rutan Mako Brimob hingga bom di Surabaya yang terakhir ini. Dengan tetap menjaga rahasia sandi Corps Intelijen.
Saya hamya ingin menceritakan sewakru masih aktif di BAIS (Badan Intelijen Strategis) milik TNI saya bergabung dan direkrut sebagai TBO (Team/Tenaga Bantuan Operasi). Hal itu telah menambah saya ilmu dan wawasan tentang seluk beluk intelijen.
Saya bergabung karena diminta bantuannya di dalam tugas dan misi khusus menghadapi kelompok-kelompok yang teridentifikasi Separatisme. Ini sifatnya rahasia selama beberapa tahun.
Semua kita bekerja dan bertugas sesuai dengan data informasi dan aplikasi harus akurat dan benar-benar valid. Dari mulai penangkapan dan sampai "endingnya" saya pernah mengalami semua. Dan itu adalah tugas negara, yang mungkin apabila dilakukan oleh pihak TNI saja mungkin TNI akan terkena pelanggaran HAM. Sehingga di dalam tugas kita yang menjalanlan operasi tersebut sampai selesai. Kita dalam menjalankan tugas saat move bisa cepat tepat sesuai sasaran dan sesuai dengan misi, tujuan sekenario.
Di dalam dunia intelijen kita biasa mendapatkan data dan informasi yang harus akurat dan kredibel terhadap kejadian yang akan terjadi atau belum terjadi. Memang tugas Intelijen diantaranya adalah mempra-kondisikan. Membuat batu lemparan-lemparan ke belakang supaya terlihat dan muncul apa yang terjadi nanti.
Misalnya masalah teror-teror bom besar yang terjadi beberapa waktu tahun yang lalu di indonesia. Masyarakat kita akan mudah sekali termakan berita maka terbentuklah *"Allegations of opinion"* tuduhan hanya berdasarkan opini. Karena sudah terbiasa termakan berita yang dibuat walaupun itu bersumber dari lembaga institusi negara sekalpun kita tidak boleh langsung mempercayai sepenuhnya. Kami Inteliijen lebih independen dalam hal ini. Sebenarnya kamipun sudah mendapatkan informasinya. Kami pihak Intelijen mendapat informasi bahwa "Team x" akan turunkan "calon pengantin" untuk "action". Istilah Team x dibuat oleh kelompok itu sendiri dan itu bukan merupakan bagian dari institusi corps Intelijen kami dan tidak ada hubungan struktural dengan BIN atau BAIS. Jadi mereka diluar struktural dan pengawasan Badan Intelijen Nasional.
Dan sebetulnya istilah "Calon Pengantin" juga adalah istilah yang di buat-buat oleh intelijen dari Team x itu sendiri yang sengaja dibuat terhadap calon korban "si teroris" yang sudah disiapkan.
Keberadaannya kami akui ada kelompok ini yang bermain yang menamakan dirinya "Team x". Dan kita tidak akan pernah bisa untuk bertemu dan mengetahui siapa saja tokoh dan aktor dibalik itu dan penghimpun dana di dalam Team x itu.
Yang jelas merupakan konspirasi dengan pihak asing. Biasanya Team x akan turunkan "calon pengantin" nya tepat pada waktu yang tepat biasanya berhubungan kondisi politik dalam negeri atau kondisi yang terjadi di luar negeri. Terjadinya aksi Teror bom pasti ada tujuannya supaya memunculkan stigma dan opini di masyarakat. Aksi bom bunuh diri pasti ada misi tujuan besar dibalik itu dan bukan karena alasan murahan yaitu hanya sebatas "balas dendam", bukan!
Aksi Teror bom bunuh diri akan dimunculkan pasti selalu bersamaan dengan saat negara dalam situasi kondisi tertentu. Atau ada misi campur tangan pihak asing yang memiliki kepentingan di dalam negeri di Indonesia ini. Maka diambilah keputusan dengan pertimbangan alasan yang biasanya mengarah kepada dua alasan:
Pertama, agar dibuat stigma negatif kepada simbol-simbol keagamaan atau golongan tertentu yang sekiranya akan mengganggu.
Kedua, pengalihan isue atau pengalihan fakta agar mereka lupa, terpecah dan tidak fokus lagi dengan masalah yang sebenarnya lebih penting dan lebih utama tujuan mereka.
Maka ini saya bukan ada maksud membocorkan tapi karena saya paham. Saya hanya mantan yang pernah bergabung di dalam Corps Badan Intelijen Strategis. Karena penghimpunan informasi data merupakan rangkaian tugas struktural Intelijen.
Saya hanya ingin meluruskan image masyarakat bahwa selama ini yang masyarakat mengira aksi-aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh para pelaku bom bunuh diri adalah dari niat dan rencana mereka sendiri para pelakunya? Itulah opini yang telah berhasil dikembangkan ditengah masyarakat. Padahal sebenarnya tidak..!
Apakah masyarakat lupa bahwa semua kejadian-kejadian teror bom besar pasti melibatkan Intelijen asing. Sebenarnya hakikatnya para pelaku bom bunuh diri yang dicap "teroris" itu mereka juga adalah Korban yang diumpankan saja. Saya buka ini semua supaya masyarakat kita terbiasa berpikir secara cerdas dan kontruktif tidak hanya polos mengikuti apa kata berita saja. Supaya di publik muncul stigma, ketakutan dan pengalihan.
Perlu saya jelaskan disini tugas intelijen kita hanya mencari dan mengolah data informasi sebelum peristiwa peledakan terjadi. Maka kita sudah mendapatkan informasi sebelum aksi terjadi, bahwa nanti pada hari H jam J akan terjadi peledakan bom pada hari H dan jam J di lokasi titik point mana itu sudah ditentukan dan dibuat sekenarionya. Dari mulai Siapa yg dijadikan pelaku atau calon pengantin (yang bakal nanti tertuduh teroris). Itu sudah disiapkan dengan matang. Sehingga kira-kira berapa banyak jumlah korban, dan isue apa nanti yang akan dimunculkan. Itu semua sudah di design dirancang dan direncanakan secara matang.
Kami pihak intelijen biasa memberikan istilah aksi-aksi bom di tanah air dengan istilah "Aksi Jilid 1" yaitu Bom bali 1. Kemudian "Aksi Jilid 2" yaitu Bom Kuningan. Aksi Jilid 3 yaitu Bom Mariot dan seteruanya.
Dan aksi bom di Surabaya kemarin saya sudah tidak mengikuti lagi itu "Aksi Jilid" yang ke berapa lagi. Karena saya sudah tidak aktif lagi.
Saya dan pihak intelijen hanya mengetahui bahwa yg merencanakan, men-setting semua dari mulai merekrut dan action dan membiayai aksi di lapangan adalah ada suatu kelompok Profesional yang terlatih yang kita namakan "Team x" tersebut. Kelompok inilah yang selama ini mendanai aksi-aksi teror bom besar di Indonesia dan memiliki dana yang besar. Kelompok ini berpusat di luar dan telah buka cabang dibentuk di Indonesia. Dibentuk secara rahasia biasanya ini berkonspirasi dengan intelijen asing. Kelompok ini dalam data file di beri nama "team x" dan aksi pendanaan dilakukan oleh "mr. x". Semuanya satu paket sampai telur itu pecah (istilah sandi) telur itu pecah maksudnya berhasil.
Pihak intelijen sebenarnya mengetahui bahwa hampir mayoritas aksi-aksi teror bom yang besar yang terjadi di Indonesia itu bukan dari inisiatif para pelakunya sendiri. Tapi memang pelakunya direkrut oleh Team x dari orang-orang bekas atau mantan yg terduga teroris sebelumnya.
Kadang "Team x" ambil dari istri atau anak-anaknya atau keluarganya pelaku terduga teroris supaya nanti agar mudah di opinikan di publik bahwa ada benang merah dengan jaringan tertentu. Ini bagi orang-orang aktifis atau keluarganya yang pernah terlibat jaringan terduga teroris.
Adapun Team x ini juga biasa melakukan merekrutan dengan saling bertatap muka dari kalangan orang masyarakat awam yang tidak memiliki hubungan kasus teroris. Pertemuan itu biasanya Team x memberi nama "Pengajian". Yaitu mereka sengaja dikumpulkan oleh Team x ini untuk direkrut dan di motivasi dengan di cuci otaknya kemudian diberi tambahan untuk menonton video dokumentasi tentang penindasan dan penganiayaan terhadap kaum muslimin di belahan negara lain. Sehingga orang yang masih awam akan marah, semangat dan muncul keberaniannya untuk membalas dendam. Memang "penataran" seperti ini diupayakan supaya berhasil dijadikan sebagai "calon pengantin".
Team x dari jauh akan selalu mengarahkan dan memantau para calon pengantin ini demi memuluskan "action"nya.
Ada juga Team x melakukan dengan cara memasukkan atau menyusupkan bahan peledak Bom yang dikiranya adalah barang dagangan yang harus diambilnya dan diantar dimana bom itu telah ditaruh di dalam barang tsb. Dan disuruh minta diantarkan ke alamat yang bersangkutan. Cara ini memang lebih sadis dari pada cara-cara pengrekrutan. Sebab bila sistem pengrekrutan si calon teroris (calon korban) sudah melakukan hubungan komunikasi dengan Team x. Tapi sistem dengan menyusupkan bom diam-diam ke dalam tas calon korban itu tidak perlunya adanya komunikasi atau pendekatan lebih lanjut atau saling mengenal pernah bertatap muka. Bom yang dimasukkan tas biasanya sudah kendalikan dengan _remote control_ dari jarak jauh. Cara seperti ini memang pekerjaannya Team x tersebut supaya disiapkan segalanya kepada mereka yg akan nanti tertuduh dijadikan sebagai "calon teroris itu". Padahal mereka juga adalah sama-sama korban.
Program ini semua sebenarnya hanya bertujuan supaya muncul image, isue dan stigma negatif terhadap kondisi apa yang sekarang terjadi dalam negeri ini.
Informasi Ini semua kita didapatkan dari mantan anggota "Team x" itu sendiri yang tidak bisa ditemui secara langsung. Dan saya dapat bercerita seperti ini karena ada pengalaman dan data yang dihimpun selama gabung di Intelijen.
Orang-orang di "Team x" atau "mr. x" itu bukan lah dari orang Intelijen atau BIN dan bukan pula dari kalangan salah satu kelompok Islam radikal. Walaupun memang benar ada orang-orang dari kelompok radikal atau "Khowarij" yang tertangkap. Tetapi bukanlah dari mereka perencana dan dalang semua ini. Mereka hanya sebagai "obyek" untuk penguat terhadap aksi tindakan teror bom selama ini. Tapi Team x ini kita akui ada eksistensinya.
Sampai saat inipun kita pihak intelijen tidak bisa mengetahui secara pasti siapa person orang dan tokohnya yg terlibat di dalam "team x" itu yang telah membuka cabang di Indonesia ini. Yang pasti jelas melibatkan konspirasi pihak asing yang memiliki kepentingan terhadap negeri ini. Pihak istana atau kepresidenan juga tidak akan mengetahui gerakan kelompok ini walaupun kelompok ini merupakan dalang dari semua aksi teror bom selama ini. Aksi teror ini justru akan memberikan keuntungan yang besar dan secara tidak langsung membatu rezim yang sedang berkuasa saat ini. Nah itulah tugas intelijen.
Yang jelas memang tujuannya adalah:
1. Membiaskan fakta yang sedang terjadi di dalam negri.
2. Pengalihan fakta terhadap kondisi politik dalam negeri agar berkurang.
3. Membuat kecurigaan antar umat beragama bahkan kecurigaan dan ketakutan terhadap sesama seagama.
4. Mempertahankan stigama bahwa Islam radikal adalah kelompok yang tidak menginginkan memisahkan antara urusan politik dengan urusan agama.
Hati-hati dan tetap Waspada dengan kelompok "Team x" ini. Mereka tidak mengenal waktu dan tempat mereka akan terus selalu bekerja mencari korban-korban yang bakal dijadikan umpan "supaya diberi gelar "Teroris" nantinya. Dan mereka bekerja secara silent, secret dan closed (tertutup).
Sekian..
Salam.7
Diawali dari pasangan suami istri Sang ayah bernama Dita dan istrinya bernama Puji Kuswanti menerima telpon dari orang yang tidak dikenal meminta tolong agar mengambil titipan paket di suatu tempat. Dengan sebagian sudah dibayar melalui di transfer beberapa juta dan sisanya di janjikan dibayarkan kalau paket barang sudah diterima.
Sang penelpon meminta agar anak-anaknya dan seluruh keluarganya diminta pembagian tugas untuk membantu mengantarkan barang-barang paket tersebut. Dan sang penelpon meminta agar disuruh cepat barang-barang itu diserahkan karena sudah ditunggu.
Maka setelah barang-barang paket itu dibawa Dita mengemudikan mobil Toyota Avansa, menurunkan istrinya Puji Kuswanti dan dua putri mereka - Fadila Sari , 12 tahun dan Pamela Rizkita, 9 tahun - di GKI Wonokromo Diponegoro.
Lalu sang ibu menggunakan motor menuju alamat gereja yang dutuju dengan keadaan seperti tergesa-gesa membawa motornya dan sudah sampai masuk di depan gereja. Maka "Team Teroris" dari jauh meledakkan tas paket yang sedang digendong oleh seorang ibu dan kedua anaknya melalui _remore control_. Dan seketika itu juga ledakan bom telah menewaskan dirinya dan kedua putrinya serta orang-orang di sekitar yang tak dikenalnya.
Hampir bersamaan, dua anak laki-laki mereka -- Yusuf, 18 tahun dan Alif, 16 tahun -- berboncengan dengan sepeda motor, dengan memangku tas juga mereka taunya membawa titipan barang paket bergegas membelok di tikungan perempatan jalan dan di sanalah dua anak laki-laki itu di ledakkan paketnya yang ternyata berisi bom tepat di halaman Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Dan Dita sendiri suaminya membawa mobil Toyota Avanza dengan berniat mau mengantarkan barang paket satu lagi yang ternyata berisikan bom. Dan bom itu juga diledakkan dari jauh dengan _remote control_-dan mengguncang gereja Pantekosta di Jalan Arjuna.
*Dita, istri dan keempat anak mereka tewas. Orang-orang yang tak menyangka jika keluarga ini sebenarnya juga korban dari kebidaban Teroris itu. Yang lebih memperihatinkan media dan pihak Kepolisian yang langsung memvonisnya sebagai pelaku Teroris.*
Sungguh biadab dan sungguh banci! Menggunakan satu keluarga sebagai umpan aksi teror bom. Jika mereka benar-benar kelompok radikal mengapa tidak mereka sendiri saja yang berani maju untuk mati sebagai aksi bom bunuh diri. Bukan dengan cara-cara yang pengecut dengan lempar batu sembunyi tangan. Kelompok biadab apa ini?
*Aslam al Atsary - Mantan Anggota BAIS (Badan Intelijen Strategis)*
Bismillah.
Berikan waktu untuk saya membuka diri dalam rangka ingin meluruskan isue dan pandangan masyarakat yang sudah jungkir balik terhadap kejadian aksi-aksi teror dimulai dari kerusuhan dan pembunuhan di Rutan Mako Brimob hingga bom di Surabaya yang terakhir ini. Dengan tetap menjaga rahasia sandi Corps Intelijen.
Saya hamya ingin menceritakan sewakru masih aktif di BAIS (Badan Intelijen Strategis) milik TNI saya bergabung dan direkrut sebagai TBO (Team/Tenaga Bantuan Operasi). Hal itu telah menambah saya ilmu dan wawasan tentang seluk beluk intelijen.
Saya bergabung karena diminta bantuannya di dalam tugas dan misi khusus menghadapi kelompok-kelompok yang teridentifikasi Separatisme. Ini sifatnya rahasia selama beberapa tahun.
Semua kita bekerja dan bertugas sesuai dengan data informasi dan aplikasi harus akurat dan benar-benar valid. Dari mulai penangkapan dan sampai "endingnya" saya pernah mengalami semua. Dan itu adalah tugas negara, yang mungkin apabila dilakukan oleh pihak TNI saja mungkin TNI akan terkena pelanggaran HAM. Sehingga di dalam tugas kita yang menjalanlan operasi tersebut sampai selesai. Kita dalam menjalankan tugas saat move bisa cepat tepat sesuai sasaran dan sesuai dengan misi, tujuan sekenario.
Di dalam dunia intelijen kita biasa mendapatkan data dan informasi yang harus akurat dan kredibel terhadap kejadian yang akan terjadi atau belum terjadi. Memang tugas Intelijen diantaranya adalah mempra-kondisikan. Membuat batu lemparan-lemparan ke belakang supaya terlihat dan muncul apa yang terjadi nanti.
Misalnya masalah teror-teror bom besar yang terjadi beberapa waktu tahun yang lalu di indonesia. Masyarakat kita akan mudah sekali termakan berita maka terbentuklah *"Allegations of opinion"* tuduhan hanya berdasarkan opini. Karena sudah terbiasa termakan berita yang dibuat walaupun itu bersumber dari lembaga institusi negara sekalpun kita tidak boleh langsung mempercayai sepenuhnya. Kami Inteliijen lebih independen dalam hal ini. Sebenarnya kamipun sudah mendapatkan informasinya. Kami pihak Intelijen mendapat informasi bahwa "Team x" akan turunkan "calon pengantin" untuk "action". Istilah Team x dibuat oleh kelompok itu sendiri dan itu bukan merupakan bagian dari institusi corps Intelijen kami dan tidak ada hubungan struktural dengan BIN atau BAIS. Jadi mereka diluar struktural dan pengawasan Badan Intelijen Nasional.
Dan sebetulnya istilah "Calon Pengantin" juga adalah istilah yang di buat-buat oleh intelijen dari Team x itu sendiri yang sengaja dibuat terhadap calon korban "si teroris" yang sudah disiapkan.
Keberadaannya kami akui ada kelompok ini yang bermain yang menamakan dirinya "Team x". Dan kita tidak akan pernah bisa untuk bertemu dan mengetahui siapa saja tokoh dan aktor dibalik itu dan penghimpun dana di dalam Team x itu.
Yang jelas merupakan konspirasi dengan pihak asing. Biasanya Team x akan turunkan "calon pengantin" nya tepat pada waktu yang tepat biasanya berhubungan kondisi politik dalam negeri atau kondisi yang terjadi di luar negeri. Terjadinya aksi Teror bom pasti ada tujuannya supaya memunculkan stigma dan opini di masyarakat. Aksi bom bunuh diri pasti ada misi tujuan besar dibalik itu dan bukan karena alasan murahan yaitu hanya sebatas "balas dendam", bukan!
Aksi Teror bom bunuh diri akan dimunculkan pasti selalu bersamaan dengan saat negara dalam situasi kondisi tertentu. Atau ada misi campur tangan pihak asing yang memiliki kepentingan di dalam negeri di Indonesia ini. Maka diambilah keputusan dengan pertimbangan alasan yang biasanya mengarah kepada dua alasan:
Pertama, agar dibuat stigma negatif kepada simbol-simbol keagamaan atau golongan tertentu yang sekiranya akan mengganggu.
Kedua, pengalihan isue atau pengalihan fakta agar mereka lupa, terpecah dan tidak fokus lagi dengan masalah yang sebenarnya lebih penting dan lebih utama tujuan mereka.
Maka ini saya bukan ada maksud membocorkan tapi karena saya paham. Saya hanya mantan yang pernah bergabung di dalam Corps Badan Intelijen Strategis. Karena penghimpunan informasi data merupakan rangkaian tugas struktural Intelijen.
Saya hanya ingin meluruskan image masyarakat bahwa selama ini yang masyarakat mengira aksi-aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh para pelaku bom bunuh diri adalah dari niat dan rencana mereka sendiri para pelakunya? Itulah opini yang telah berhasil dikembangkan ditengah masyarakat. Padahal sebenarnya tidak..!
Apakah masyarakat lupa bahwa semua kejadian-kejadian teror bom besar pasti melibatkan Intelijen asing. Sebenarnya hakikatnya para pelaku bom bunuh diri yang dicap "teroris" itu mereka juga adalah Korban yang diumpankan saja. Saya buka ini semua supaya masyarakat kita terbiasa berpikir secara cerdas dan kontruktif tidak hanya polos mengikuti apa kata berita saja. Supaya di publik muncul stigma, ketakutan dan pengalihan.
Perlu saya jelaskan disini tugas intelijen kita hanya mencari dan mengolah data informasi sebelum peristiwa peledakan terjadi. Maka kita sudah mendapatkan informasi sebelum aksi terjadi, bahwa nanti pada hari H jam J akan terjadi peledakan bom pada hari H dan jam J di lokasi titik point mana itu sudah ditentukan dan dibuat sekenarionya. Dari mulai Siapa yg dijadikan pelaku atau calon pengantin (yang bakal nanti tertuduh teroris). Itu sudah disiapkan dengan matang. Sehingga kira-kira berapa banyak jumlah korban, dan isue apa nanti yang akan dimunculkan. Itu semua sudah di design dirancang dan direncanakan secara matang.
Kami pihak intelijen biasa memberikan istilah aksi-aksi bom di tanah air dengan istilah "Aksi Jilid 1" yaitu Bom bali 1. Kemudian "Aksi Jilid 2" yaitu Bom Kuningan. Aksi Jilid 3 yaitu Bom Mariot dan seteruanya.
Dan aksi bom di Surabaya kemarin saya sudah tidak mengikuti lagi itu "Aksi Jilid" yang ke berapa lagi. Karena saya sudah tidak aktif lagi.
Saya dan pihak intelijen hanya mengetahui bahwa yg merencanakan, men-setting semua dari mulai merekrut dan action dan membiayai aksi di lapangan adalah ada suatu kelompok Profesional yang terlatih yang kita namakan "Team x" tersebut. Kelompok inilah yang selama ini mendanai aksi-aksi teror bom besar di Indonesia dan memiliki dana yang besar. Kelompok ini berpusat di luar dan telah buka cabang dibentuk di Indonesia. Dibentuk secara rahasia biasanya ini berkonspirasi dengan intelijen asing. Kelompok ini dalam data file di beri nama "team x" dan aksi pendanaan dilakukan oleh "mr. x". Semuanya satu paket sampai telur itu pecah (istilah sandi) telur itu pecah maksudnya berhasil.
Pihak intelijen sebenarnya mengetahui bahwa hampir mayoritas aksi-aksi teror bom yang besar yang terjadi di Indonesia itu bukan dari inisiatif para pelakunya sendiri. Tapi memang pelakunya direkrut oleh Team x dari orang-orang bekas atau mantan yg terduga teroris sebelumnya.
Kadang "Team x" ambil dari istri atau anak-anaknya atau keluarganya pelaku terduga teroris supaya nanti agar mudah di opinikan di publik bahwa ada benang merah dengan jaringan tertentu. Ini bagi orang-orang aktifis atau keluarganya yang pernah terlibat jaringan terduga teroris.
Adapun Team x ini juga biasa melakukan merekrutan dengan saling bertatap muka dari kalangan orang masyarakat awam yang tidak memiliki hubungan kasus teroris. Pertemuan itu biasanya Team x memberi nama "Pengajian". Yaitu mereka sengaja dikumpulkan oleh Team x ini untuk direkrut dan di motivasi dengan di cuci otaknya kemudian diberi tambahan untuk menonton video dokumentasi tentang penindasan dan penganiayaan terhadap kaum muslimin di belahan negara lain. Sehingga orang yang masih awam akan marah, semangat dan muncul keberaniannya untuk membalas dendam. Memang "penataran" seperti ini diupayakan supaya berhasil dijadikan sebagai "calon pengantin".
Team x dari jauh akan selalu mengarahkan dan memantau para calon pengantin ini demi memuluskan "action"nya.
Ada juga Team x melakukan dengan cara memasukkan atau menyusupkan bahan peledak Bom yang dikiranya adalah barang dagangan yang harus diambilnya dan diantar dimana bom itu telah ditaruh di dalam barang tsb. Dan disuruh minta diantarkan ke alamat yang bersangkutan. Cara ini memang lebih sadis dari pada cara-cara pengrekrutan. Sebab bila sistem pengrekrutan si calon teroris (calon korban) sudah melakukan hubungan komunikasi dengan Team x. Tapi sistem dengan menyusupkan bom diam-diam ke dalam tas calon korban itu tidak perlunya adanya komunikasi atau pendekatan lebih lanjut atau saling mengenal pernah bertatap muka. Bom yang dimasukkan tas biasanya sudah kendalikan dengan _remote control_ dari jarak jauh. Cara seperti ini memang pekerjaannya Team x tersebut supaya disiapkan segalanya kepada mereka yg akan nanti tertuduh dijadikan sebagai "calon teroris itu". Padahal mereka juga adalah sama-sama korban.
Program ini semua sebenarnya hanya bertujuan supaya muncul image, isue dan stigma negatif terhadap kondisi apa yang sekarang terjadi dalam negeri ini.
Informasi Ini semua kita didapatkan dari mantan anggota "Team x" itu sendiri yang tidak bisa ditemui secara langsung. Dan saya dapat bercerita seperti ini karena ada pengalaman dan data yang dihimpun selama gabung di Intelijen.
Orang-orang di "Team x" atau "mr. x" itu bukan lah dari orang Intelijen atau BIN dan bukan pula dari kalangan salah satu kelompok Islam radikal. Walaupun memang benar ada orang-orang dari kelompok radikal atau "Khowarij" yang tertangkap. Tetapi bukanlah dari mereka perencana dan dalang semua ini. Mereka hanya sebagai "obyek" untuk penguat terhadap aksi tindakan teror bom selama ini. Tapi Team x ini kita akui ada eksistensinya.
Sampai saat inipun kita pihak intelijen tidak bisa mengetahui secara pasti siapa person orang dan tokohnya yg terlibat di dalam "team x" itu yang telah membuka cabang di Indonesia ini. Yang pasti jelas melibatkan konspirasi pihak asing yang memiliki kepentingan terhadap negeri ini. Pihak istana atau kepresidenan juga tidak akan mengetahui gerakan kelompok ini walaupun kelompok ini merupakan dalang dari semua aksi teror bom selama ini. Aksi teror ini justru akan memberikan keuntungan yang besar dan secara tidak langsung membatu rezim yang sedang berkuasa saat ini. Nah itulah tugas intelijen.
Yang jelas memang tujuannya adalah:
1. Membiaskan fakta yang sedang terjadi di dalam negri.
2. Pengalihan fakta terhadap kondisi politik dalam negeri agar berkurang.
3. Membuat kecurigaan antar umat beragama bahkan kecurigaan dan ketakutan terhadap sesama seagama.
4. Mempertahankan stigama bahwa Islam radikal adalah kelompok yang tidak menginginkan memisahkan antara urusan politik dengan urusan agama.
Hati-hati dan tetap Waspada dengan kelompok "Team x" ini. Mereka tidak mengenal waktu dan tempat mereka akan terus selalu bekerja mencari korban-korban yang bakal dijadikan umpan "supaya diberi gelar "Teroris" nantinya. Dan mereka bekerja secara silent, secret dan closed (tertutup).
Sekian..
Salam.7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar