iklan

Minggu, 29 Mei 2011

Detoksifikasi, Perlukah?

Minggu, 29 Mei 2011 - 07:40 wib

Sehat minum air putih. (Foto: Google)

RACUN/toksin dalam tubuh berasal dari ampas makanan yang tidak tercerna dengan baik. Selain itu, bisa juga berasal dari udara, zat kimia (pestisida), kosmetika, zat makanan adiktif, loga berat pada air, alkohol, rokok, sampai makanan yang digoreng berkali-kali atau dibakar. Dan untuk membuang semua racun/toksin ini, bisa dilakukan dengan detoksifikasi.
Tekniknya pun beragam, seperti puasa, detoks air putih, detoks buah dan sayur, mengonsumsi susu/jus khusus detoks, terapi kolon, ion detoks, sampai bekam. Sebenarnya, perlukah kita melakukan detoksifikasi?

Tubuh Membuang Racun Secara Alami

“Dalam dunia medis, melakukan detoksifikasi tidak dianjurkan. Tubuh manusia secara alami sudah melakukan detoksifikasi melalui ginjal dan hati,” buka dr Diani Adrina SpGK dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta.

Menurut Diani, ginjal berfungsi sebagai penyaring zat-zat yang tidak terpakai (zat buangan/sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Sampah tersebut diperoleh dari proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang dikonsumsi –akan digunakan sebagai energi dan untuk perbaikan jaringan. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring oleh ginjal. Setiap hari ginjal akan memroses berkisar 20 liter darah untuk menyaring atau menghasilkan berkisar 2 liter sampah dan ekstra kelebihan air yang kemudian diproses menjadi urin.

Sedangkan hati, akan membantu fungsi ginjal, dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun.

“Jadi selama sistem tubuh kita bekerja dengan baik, sebetulnya tidak ada alasan untuk melakukan detoks,” tegas Diani.

Hal tersebut diamini oleh dr Samuel L Simon SpKK dari MRCCC Siloam Hospital Semanggi, bahwa tubuh secara otomatis akan mengeluarkan segala sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Hanya saja, ada juga racun atau toksin yang tidak bisa dikeluarkan oleh tubuh. Misal, merkuri yang terdapat dalam krim pemutih kulit ilegal (tidak terdaftar dalam Badan Pengawas Obat dan Makanan).

“Didetok dengan teknik apapun, racun yang terdapat pada merkuri tidak bisa dibuang atau dikeluarkan dari tubuh,” tandas Samuel.

Dapat Merusak Metabolisme Tubuh!

Lantas, bagaimana dengan banyak makan sayur dan buah atau banyak minum air putih? Apakah baik? “Tidak! Hal itu akan merusak metabolisme tubuh,” jawab Diani.

Jika Moms hanya mengonsumsi sayur dan buah saja, artinya tubuh hanya mendapat kurang dari 1000 kalori. Padahal, wanita dewasa membutuhkan 1500 - 1700 kalori per hari.

Begitu pula dengan memperbanyak konsumsi air putih - agar distribusi makanan dan sari-sarinya ke tempat yang membutuhkan serta memperlancar proses metabolisme. Namun, bagi Moms dengan gangguan jantung atau ginjal justru sangat dibatasi untuk mengonsumsi air pada jumlah tertentu.

Sebenarnya, yang harus diperhatikan pertama kali, bagaimana cara Moms mengolah makanan. “Sebaiknya makanan direbus atau dikukus dan perbanyak makanan tinggi serat. Itu pun tidak melulu sayur dan buah,” ingat Diani.
Kedua, jika ingin makanan berkarbohidrat tinggi serat, bisa didapat dari roti gandum, oatmeal atau beras merah. Ketiga, jangan lupa istirahat cukup di malam hari. Karena ada jenis hormon yang justru dilepaskan pada malam hari (saat tidur). Ketiga hal di atas sangat membantu proses metabolisme tubuh. (Sumber: Moms & Kiddie).
Sumber  :  Okezone.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar