iklan

Minggu, 29 Mei 2011

Perdarahan Saat Hamil, Bahayakah?

Sabtu, 28 Mei 2011 - 07:24 wib

Perdarahan saat hamil (Foto: Getty Images)

“TAK semua perdarahan tanda bahaya, lho. Tapi tetap harus diwaspadai!” buka dr Asmawinta, SpOG dari RS Hasana Graha Afiah Depok. Begitu pun dengan flek (spotting) yang dalam istilah medis disebut perdarahan ringan yang bisa terjadi kapan saja -trimester I, trimester II, dan trimester III -saat kehamilan dalam jumlah sedikit (bercak) seperti saat awal atau akhir menstruasi.

Lumrah Terjadi

Bila perdarahan terjadi pada saat trimester satu, tidak berlangsung lama dan tidak disertai gejala lain, maka masih dikatakan normal. Pasalnya, kondisi ini terjadi saat menempelnya sel telur ke dinding rahim, atau beberapa hari setelah bertemunya sperma dengan sel telur di saluran telur atau tuba fallopi. Dan umumnya Moms belum menyadari kalau dirinya sudah hamil, karena dia belum terlambat haid.

Begitupun jika perdarahan terjadi pada trimester ketiga – saat usia kandungan cukup bulan (= 37/38 minggu) -di mana darah bersemu lendir dan disertai tanda-tanda persalinan - kontraksi sering dan teratur. Ini masih normal.

Waspadai Perdarahan Pada...

Trimester I & II

a. Abortus

Terjadi perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Perdarahan ini ditandai dengan keluarnya flek (kadang) disertai rasa nyeri, mulas yang ritmik (teratur) seperti akan melahirkan, kram perut dan pucat.

Penyebab abortus:

· Faktor janin: kelainan kromosom pada hasil pembuahan. Akibatnya, gangguan pertumbuhan maupun kematian zigot atau embrio.

· Faktor ibu: disebabkan infeksi (virus, bakteri), penyakit kronis (TBC, kanker), infeksi jalan lahir, malnutrisi berat (kekurangan nutrisi yang berat) dan penyakit endoktrin (Diabetes Mellitus, Hipotiroid, rendahnya kadar progesteron), kelainan pada rahim seperti adanya mioma uteri.

· Fakor eksternal, bisa disebabkan radiasi, obat-obatan atau bahan kimia.

Penanganan abortus begantung jenisnya. Misal, abortus komplet (keseluruhan hasil konsepsi sudah keluar dengan sendirinya), dokter hanya melakukan observasi, tidak diperlukan kuretase. Pada abortus inkomplet (hasil konsepsi sudah keluar sebagian dan sebagian lainnya masih berada di dalam rongga rahim) dan abortus insipiens (abortus yang sedang berlangsung), dokter akan segera melakukan kuretase. Pada abortus iminens (abortus yang mengancam) terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan janin masih ada seluruhnya di dalam rahim dan masih baik. Biasanya dokter menyarankan untuk dirawat di RS sampai perdarahan berhenti.

b. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Dimana terjadi kehamilan di luar kandungan atau di tempat yang tidak normal di dalam rahim - normalnya kehamilan terjadi di dalam rahim di daerah korpus atau badan rahim.

Pada KET, perdarahan banyak terjadi dalam rongga perut dan tidak bisa terlihat, sehingga perdarahan pervaginam hanya sedikit, padahal kondisi BuMil sudah berat dan pucat.

KET ditandai dengan keluar flek yang disertai nyeri hebat - bisa menjalar sampai ke bahu -, pucat, perut terasa sangat sakit jika disentuh bahkan bisa sampai jatuh pingsan. Penanganannya harus segera dioperasi.

Trimester III

a. Plasenta Previa

Dikarenakan letak plasenta tidak normal -di segmen bawah uterus- sehingga menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir. Penyebabnya antara lain; kuretase berulang, hamil kembar, multiparitas atau terlalu sering hamil dan melahirkan.

Umumnya terjadi pada trimester III dan keluar darah berwarna merah terang yang tidak disertai nyeri. Jika usia kehamilan dan berat janin sudah cukup maka dilahirkan dengan operasi cesar. Namun jika belum cukup (preterm) dan perdarahan sedikit, dilakukan tindakan konservatif, yaitu dirawat dengan harapan memperpanjang usia kehamilan agar dicapai berat minimal bayi (2500 gr).

Namun, bila perdarahan semakin banyak dan mengancam nyawa, maka bayi akan dikeluarkan dengan operasi cesar, berapapun usia kehamilan dan berat bayi.

b. Solutio plasenta

Yaitu terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang berimplantasi (menempel) normal di dinding rahim pada kehamilan di atas 28 minggu sebelum bayi lahir. Hipertensi (darah tinggi), pre eklampsia dan eklampsia, serta trauma hebat pada rahim bisa menjadi penyebabnya.

Biasanya darah keluar berwarna hitam encer yang disertai nyeri pada daerah perut akibat kontraksi rahim yang terus menerus. Dan penanganannya bergantung pada derajat berat ringannya solutio plasenta tersebut. (Sumber: Mom&Kiddie)
Sumber  :  Okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar