“Bila masalah ini dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin harga-harga barang akan naik. Karena biaya bongkar di Pelabuhan Sampit menjadi mahal, karena tidak didukung dengan angkutan darat yang memadai,” terang Supriadi, Kamis (26/5) kemarin.
Lebih lanjut disampaikan Supriadi, dia juga mendapat informasi bahwa sejumlah kapal saat ini lebih memilih untuk bongkar di Banjarmasin Kalimantan Selatan, karena biaya bongkar yang lebih murah serta armada angkutan darat yang cukup.
“Barang yang di bongkar di Banjar itu kemudian dibawa ke Sampit. Karena di sini informasinya sampai 15 hari baru selesai bongkar,” terangnya lagi.
Selain perhubungan laut dan darat yang terganggu, saat ini lanjutnya, perhubungan udara di Kotim juga banyak dikeluhkan, khususnya untuk maskapai Merpati Nusantara. “Padahal awalnya Pemkab Kotim melakukan KSO dengan Merpati Nusantara ini kan untuk pelayanan, bukan profit. Namun kenyataan pelayanannya masih jauh yang diharapkan,” terang Supriadi.
Menurutnya, alasan pesaawat rusak sering dilontarkan terkait dengan batalnya beberapa jadwal penerbangan Merpati Nusantara ke Bandara H Asan Sampit. “Padahal informasi yang kami terima, pesawat Fokker 100 yang reguler ke Sampit itu menerbangi rute yang lain. Sehingga beberapa hari sempat tidak ada penerbangan,” terangnya lagi.
Dia menyampaikan, untuk mengatasi persoalan ini, perlunya dilakukan koordinasi antar instansi terkait dan meenyelesaikan masalah ini bersama-sama. Menurutnya, jika tidak ada koordinasi yang baik, sulit untuk mengatasi masalah ini, dan inflasi tinggi bisa menjadi kenyataan.(kaltengpos/sampitonline.com)
Sumber : Sampitonline.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar