Ciptakan preschool sendiri di rumah. (Foto: Getty Images)
"ANAKMU lucu banget, sudah sekolah belum?". Selain menanyakan usia, rasanya pertanyaan di atas 'wajib' dilontarkan saat kita bertemu pasangan ibu-anak. Tentu ada gurat kebanggaan di wajah moms and dads tatkala bercerita mengenai kegiatan sekolah si kecil. Lantas bagaimana dengan anggapan semakin dini anak bersekolah, maka akan semakin pintar anak tersebut? Hmm, perlu kita selami nih!
"Seorang anak sesungguhnya dapat merasakan suasana preschool di dalam rumah, asalkan orangtua kreatif. Kesempatan ini terbuka lebar bagi Moms yang tidak bekerja alias ibu rumah tangga. Sudah sepatutnya orangtua lebih kreatif dan banyak mencari informasi tentang tumbuh kembang anak," kata Maria Herlina Limyati, M.Si, Psi, staf pengajar Fakultas Psikologi UKRIDA.
Drs Heru Mugiarso, M.Pd, KONS, pedagog Universitas Negeri Semarang menambahkan, "Orangtua harus mau susah, jangan anggap memasukkan anak ke preschool dapat meringankan tangung jawab mereka sebagai orangtua. Jadi meskipun labelnya 'sekolah' namun tetap saja di dalam preschool anak diberi waktu bermain. Tentu saja kegiatan bermainnya sudah dirancang untuk mencapai tujuan khusus, seperti belajar berhitung, mengenal kata, sosialisasi dan sebagainya."
Sesuaikan kemampuan si kecil
Meski Moms tak punya basic pendidikan sebagai pengajar yang menguasai ilmu PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Anda bisa meniru pendekatan tipe preschool yang sudah ada. Di Amerika, tipe yang terpopuler adalah Montessori dan High/Scope.
"Sebelum memulai proses belajar di rumah, pastikan kepribadian, kemampuan dan kebutuhan si kecil sesuai dengan pendekatan yang akan Moms pakai. Tujuannya agar si kecil mendapat hasil belajar yang maksimal serta mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan," imbuh Maria.
Belajar Tipe Program Montessori
Program Montessori mengajarkan kepada anak pentingnya semua mahkluk hidup. Selain belajar membaca, bahasa, dan matematika, anak juga akan belajar tentang budaya, binatang, tumbuhan.
Pembimbing harus percaya bahwa setiap anak mempunyai cara sendiri untuk belajar. Anak dapat bertanya jika memerlukan bantuan atau belum siap melanjutkan pelajaran. Pendekatan Montessori cocok untuk anak yang ingin merasakan lingkungan belajar sesuai dengan kebutuhan mereka. Anak dengan masalah psikologi atau masalah belajar juga cocok mendapat pendekatan jenis ini. Kurikulum Montessori memfokuskan pada 5 poin yaitu:
• Kehidupan Praktis
Penerapan di rumah: Dengan mengajarkan anak bagaimana menjalani kehidupan sehari-harinya. Contoh sederhana, ajari cara mengikat sepatu, menyiapkan makanan atau minuman, ajak pula si kecil belajar mandi sendiri.
• Kesiapan Indra
Penerapan di rumah: Anak berlatih menggunakan ke-5 panca indranya. Cara paling menyenangkan adalah mengajak si kecil bermain di luar rumah. Telusuri aneka bentuk dan warna bunga. Sentuhlah permukaan rumput, bunga atau batang pohon untuk menstimulasi indra perabanya.
Untuk melatih indra pendengaran, ajak anak keluar rumah, biarkan ia mengenali pelbagai suara yang ada. Ajak anak bermain tebak suara, misalnya suara motor, suara burung, suara pesawat terbang dan lainnya.
• Bahasa dan Seni
Penerapan di rumah: Ajak anak mengenali berbagai bentuk dan bunyi alat musik yang banyak dijual di pasaran. Cara lainnya dengan mengajak anak menggambar atau mewarnai gambar melalui buku aktivitas. Melalui media audio-visual, dapat juga mengajari anak mengikuti gerak tarian (DVD).
Sementara untuk mengasah kemampuan berbahasa, kenali anak dengan kata benda, kata sifat hingga kata kerja. Dapat dilakukan melalui cerita bergambar, dimana di dalamnya terdapat semacam permainan menyocokkan sebuah gambar dengan kata.
• Matematika
Penerapan di rumah: Hal pertama yang harus dilakukan ialah mengenalkan angka. Selain dapat dipelajari melalui buku bergambar atau buku aktivitas yang terdapat permainan berhitung di dalamnya, ajak anak beraktivitas di luar. Minta ia menghitung jumlah bunga atau menghitung jumlah mobil yang diparkir di sekeliling tempat tinggal Anda.
• Budaya
Penerapan di rumah: Mengenalkan budaya bangsa kepada si preschooler dapat dilakukan dengan banyak cara. Misal lewat CD lagu-lagu daerah serta DVD berisi film animasi yang bertemakan cerita rakyat Indonesia. Sambil bernyanyi dan menonton bersama, Moms dapat menjelaskan asal-usul lagu dan cerita rakyat tersebut.
Belajar dengan Pendekatan High/Scope
High/Scope mendasarkan pada teori bahwa anak memerlukan keterlibatan aktif antara orang, materi, ide serta kejadian sehingga memungkinkan anak-anak dan guru belajar bersama.
Anak dapat memilih sendiri materi dan aktivitas sesuai minat dan tujuan masing masing. Guru dilatih agar dapat mendukung anak mengambil keputusan dan mandiri. Komputer dan program komputer juga sering digunakan dalam pembelajaran.
High/Scope sesuai untuk anak yang membutuhkan perhatian secara individu. Anak yang perkembangannya terlambat dan kesulitan dalam belajar juga cocok.
Kurikulum High/Scope mengenali ada 58 poin yang harus dimiliki anak, dan dikelompokkan menjadi 10 grup:
1. Kreativitas: meniru, pengenalan.
Penerapan di rumah: Ajak anak bermain lipat kertas (origami). Ketika ia mencoba, maka ia belajar mengenali bahan pembuatnya, teknik melipat serta pelbagai bentuk. Dengan mengikuti tahap demi tahap lipatan, sebenarnya ia telah belajar bagaimana mengikuti petunjuk yang Moms berikan. Dari sanalah ia belajar membuat sesuatu dari cara yang paling dasar, yakni meniru.
2. Bahasa: berbicara, menjelaskan, bercerita.
Penerapan di rumah: Ajak si kecil menyimak saat Moms membacakan dongeng atau cerita. Ketika cerita berakhir, mintalah anak menyeritakan kembali sesuai versinya. Sediakan papan tulis kecil, agar saat bercerita ia dapat berekspresi dan menjelaskan lebih detail melalui gambar.
3. Inisiatif dan hubungan sosial: mengambil keputusan, penyelesaian masalah membangun hubungan.
Penerapan di rumah: Ajak si kecil bermain di luar rumah, pertemukan ia dengan teman sebayanya, lalu biarkan mereka berkenalan dengan caranya sendiri. Dengan berkenalan, anak dapat mencari cara bagaimana mengetahui nama lawan bicaranya melalui usahanya sendiri. Ajak anak berbagi makanan atau mainannya, jika terjadi pertengkaran biarkan ia mengatasinya sendiri. Dengan demikian, anak belajar menyelesaikan masalah serta mengambil keputusan sesuai penalarannya.
4. Gerakan: berlari, menari.
Penerapan di rumah: Ajak si kecil mendengarkan CD lagu anak-anak favoritnya. Atau kalau mau lebih seru dapat pula memasang DVD lagu anak lalu biarkan ia menari sesuai keinginannya. Untuk melatih gerak tubuh dan kemampuan berlari anak, ajak ia memindahkan sebuah barang dari satu tempat ke tempat lainnya diiringi dengan alunan musik kegemarannya, dijamin seru deh! Awasi keselamatan anak, hindari lantai yang licin agar ia tidak terpeleset saat berlari!
5. Musik: menyanyi, memainkan alat musik.
Penerapan di rumah: Pasang lagu anak kegemaran si kecil, biarkan ia bebas berekspresi. Kalau perlu pasang versi karaokenya, lirik lagu serahkan saja padanya. Kenalkan alat musik dengan wujud sesungguhnya atau berkreasi dengan merangkai panci atau galon hingga menyerupai drum yang dapat dipukul-pukul anak.
6.Menggolongkan: menggambarkan, mencocokan.
Penerapan di rumah: Materi yang satu ini banyak terdapat pada buku aktivitas anak yang memuat pelbagai gambar. Anda juga bisa mengajak anak mengelompokkan benda yang ada di dalam rumah yang memiliki warna sama. Atau untuk melatih kemampuan mencocokkan, minta anak mengelompokkan benda-benda yang berpasangan, misalnya buku dengan pensil, krayon dengan buku gambar, gelas dengan tutupnya, piring dengan sendok.
7. Mengurutkan: mengatur dalam urutan.
Penerapan di rumah: Ajarkan anak mengurutkan benda di dalam rumah dari urutan terkecil hingga yang paling besar. Benda apapun yang ada di rumah, dapat digunakan sebagai media belajar, misalnya bantal, mainan, alat makan. Hal terpenting adalah menjauhkan benda tajam dan berbahaya dari jangkauan anak.
8. Angka: berhitung.
Penerapan di rumah: Jika Moms memiliki akuarium atau kolam ikan di rumah, ajak anak menghitung ikan di dalamnya. Untuk menaikkan semangat si kecil, Moms bisa berikan permen atau cokelat, tapi sebelum dimakan, ajak anak menghitung jumlah permen atau cokelat yang ada, baru kemudian memakannya.
9. Konsep ruang: mengisi, mengosongkan.
Penerapan di rumah: Dapat dilakukan saat mandi, sediakan bak mandi atau kolam karet, lalu minta anak untuk mengisinya dengan air. Setelah penuh, dengan menggunakan gayung atau wadah lainnya, ajak si kecil untuk mandi, dengan begitu, ia akan melihat proses berkurangnya air sehingga bak mandinya kosong.
10. Konsep waktu: mulai, berhenti.
Penerapan di rumah: Adakan perlombaan, ajak anak dan teman sebayanya di rumah. Jenis lomba dapat disesuaikan, misalnya lomba mencari permen yang Anda sembunyikan di sekeliling rumah. Beritahu pada mereka batas waktu yang ditentukan. Pada hitungan ke 1 mereka mulai mencari dan pada hitungan ke 10 mereka harus berhenti, misalnya. (Sumber: Mom&Kiddie)
Sumber : Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar