Ajak si kecil mengenal Tuhan. (Foto: Google)
AGAR memiliki akhlak dan moral yang baik, sejak dini anak sebaiknya sudah dikenalkan kepada agama. Lantas, usia berapa yang pantas untuk mengenalkan hakikat Tuhan kepada buah hati tercinta?
Mona hanya dapat tersenyum menyaksikan gelagat Sinta (4), putri semata wayangnya, yang meniru gerakan salat sang ayah. Sehari sebelumnya, Sinta meminta dibelikan mukena, persis seperti yang dikenakan oleh Mona. Alhasil, Mona pun membelikan mukena berikut sajadah untuk Sinta yang masih berusia empat tahun.
“Saya senang walau masih kecil, tapi dia mau ikuti salat setiap saya atau suami salat. Meski dia belum tahu maknanya,” ujar ibu rumah tangga yang berdomisili di bilangan Ciledug ini.
Meski masih terkesan dini, namun Mona memang sengaja mengenalkan kepada Sinta sifat-sifat apa saja yang disukai oleh Tuhan. Misalnya saja, Tuhan menyukai anak yang tidak berbohong dan sayang dengan orangtua.
“Lazimnya ketika anak sedang tersudut,dia akan berbohong agar aman. Inilah yang tidak saya inginkan,” kata Mona yang juga seorang wanita karier ini.
Dia pun menekankan kepada Sinta,kebohongan seperti apa pun yang dilakukannya pasti akan diketahui oleh Tuhan meski orangtua tidak tahu, sedangkan Tuhan tidak menyukai anak yang berbohong. Dari sini akan timbul rasa takut kepada Tuhan. Menanamkan rasa takut kepada Tuhan, menurut Mona, tidak dengan cara yang menyeramkan.
Dia tidak pernah mengatakan, “Jangan bohong nanti kamu dihukum di neraka”.
Cara seperti ini malah akhirnya membuat anak berpikir Tuhan itu menyeramkan. “Padahal saya ingin menanamkan bahwa Tuhan itu sayang kamu, Tuhan itu indah loh,” tambah Mona.
Apa yang dilakukan Mona dibenarkan oleh psikolog Tika Bisono. Menurut dia, jika mengenalkan Tuhan seolah sosok yang menyeramkan kepada anak, malah bisa menyebabkan si anak jauh dari Tuhan.
Sebaliknya, pendekatan yang efektif untuk mengenalkan Tuhan kepada anak adalah dengan kasih sayang. Dengan kasih sayang yang diberikan orangtua tersebut, anak akan menjadi orang yang penyayang, bertoleransi, dan peduli terhadap sesama.
Tika menyatakan, usia yang tepat untuk mengenalkan konsep ketuhanan kepada anak, berdasarkan pengalamannya adalah ketika anak menginjak usia satu tahun.
“Sesuai dengan teori psikologi, mengenalkan Tuhan kepada anak sebaiknya dilakukan ketika anak sudah mulai dapat berkomunikasi,” ujar Tika kepada SINDO.
Pada usia ini, anak sudah melihat orangtua mengerjakan aktivitas beribadah.Tika pun menyarankan agar ritual ibadah tersebut, dimaknakan atau diterjemahkan kepada sang anak. “Tentunya dengan bahasa anak-anak,” imbuhnya.
Penjelasan yang diberikan, kata Tika, boleh dilakukan dalam perspektif dongeng untuk memudahkannya. Ajak anak menyanyikan lagi Pelangi-Pelangi, di liriknya terdapat kalimat “ciptaan Tuhan”. Nah, Tika mengatakan, orangtua dapat mengajak anak tentang ciptaan Tuhan yang lain. Orangtua juga dapat mengenalkan sosok Tuhan kepada anak melalui cerita-cerita nabi. Boleh juga membacakan cerita nabi sebagai dongeng pengantar tidur.
Di samping cara ini menyenangkan, orangtua juga dapat menanamkan moral kepada mereka. Lewat cerita nabi tersebut, nilai-nilai moral umpamanya; baik, buruk, jujur, bertanggung jawab, ataupun jahat, dapat dikenalkan kepada sang anak.Kegiatan inilah yang dilakukan oleh Astrid Dwiyanti kepada putranya, Kevin (3). Sebelum tidur, biasanya Kevin meminta dibacakan cerita nabi.
“Saya bisa sekalian mengajarkan budi pekerti nabi. Lalu biasanya saya bertanya ‘sifat apa yang harus ditiru dari cerita ini?’,“ tutur Astrid.
Kegiatan berdoa juga bisa diajarkan sejak dini.Ajak anak berdoa dengan bahasa yang sederhana yang dapat dimengertinya.
Seperti, “Ya Allah jaga Dini selama perjalanan, Amin”. “Sesederhana itu, tapi maknanya sangat mendalam. Ketika mereka besar nanti, mereka sudah terbiasa berdoa sebelum beraktivitas,” kata Tika.
Kegiatan menghafal doa yang sudah dilakukan sejak usia playgroup atau TK, menurut Tika, meski anak belum mengerti betul maknanya, di sisi lain anak dapat belajar berbahasa. Tidak ada salahnya jika ketika menghafal doa, anak sekalian dikenalkan pada terjemahan doa tersebut, lagilagi dalam bahasa yang mudah dimengerti anak.
Adapun pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan, orangtua dapat mengenalkan ritual dan identitas agama kepada anak sejak mereka masih berusia bayi. Cara yang mudah dilakukan, bisa dengan menggendong anak sambil mendendangkan doa atau Asmaul Husna ataupun ayat-ayat Alquran. Mereka pun akan merekamnya dalam ingatan.
Pengenalan pada ritual agama, menurut Arief, dapat diberikan secara bertahap. Pertama dengan mengenalkan, menginformasikan, membiasakan, mengamalkan, kemudian memahamkan.
Sumber : Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar